Bagai Kloning

Kisah Lama...
Dimana-mana seorang anak pasti mirip orang tuanya, baik secara fisik maupun secara mental. Tapi aku beda, aku tidak mirip orang tuaku, aku mirip sama pamanku.
Yeah! Aku punya seorang paman. Namanya Ahmad Sultan Mudhophar dan aku biasa memanggilnya Mangton. Dia itu mirip banget sama aku, sumpah! Makannya budeku yang di Jogja juga bingung membedakan kami berdua.
Aneh banget kan? Padahal jelas-jelas umur kami beda jauh, sekitar 10-tahunan. Saking miripnya, setiap orang yang ketemu aku, mereka mengira aku adalah Mangton, dan orang yang bertemu Mangton akan mengira aku (berlaku hanya kepada orang-orang tertentu. Misalnya temannya Mangton atau sebaliknya> Sing pinter pasti dong).
Nah! Mengenai kemiripan kami banyak cerita lucu yang terjadi. Seperti waktu aku pulang kampung ke Cirebon, aku main ke rumah teman di desa tetangga, eh tau gak apa yang terjadi? Aku malah di kejar-kejar suruh bayar utang sama temennya Mangton. Mereka kira aku mangton. Bzz! Kalo untuk fisik emank mirip, tapi untuk mental beda ya.. wakakak.
Nah, kisah ini bercerita tentang kemiripan kami, dan settingnya di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Wakakak. Kebetulan aku di terima di SMA 4, setelah kelempar kesana-kemari, padahal daftarnya di SMA 7. Yaah! Apa boleh buat?
Hari itu Mangton dan Jeem mengantarku ke SMA 4 untuk mendaftar ulang. Ternyata kami datang telat, tapi untung aja belum tutup. Fiuuhh!!
Di ruang kelas XI IPA1 (kelas kesayanganku sekarang) kami disuruh mengisi brosur daftar ulang oleh Ibu Ulin Nuha (waktu itu belum kenal). Selain Ibu Ulin Nuha, di ruangan itu juga ada Pak Panut dan Pak Rudy juga Mba PPL yang mirip Rini Idol (sekarang sih udah gag ada).
Ditengah-tengah mengisi brosur, Jeem izin pulang duluan, katanya sih ada keperluan keluarga (weh? Kami juga keluarganya. Alah! Gag penting). Jadilah tinggal kami berdua. Kami mengisi dengan damai. Di seberang meja kami ada Hario Wicaksono sama keluarganya mengisi brosur juga, tapi aku pura-pura gag tau aja, kan kita belum kenal.
Semua sudah selesai di isi, tinggal satu. What is that? Foto! Yang kurang fotoku…
“dit, kamu bawa foto gag, sini tak tempelin”, kata Mangton.
“ha?”, aku menjawab dengan bingung.
“foto! Fotomu! Kamu bawa gag?!”.
“lha gag tau, tadi gag bilang!”, kataku bingung. Ya iyalah wong tadi gag disuruh bawa foto ogg, oalah aku kih cen dudult!
“jiih! Kamu sih gimana toh?! Ini tuh hari terakhir!”, kata Mangton marah.
“aduuh! Terus gimana??”, … aduuh gawat deeh!!
Setelah itu kami diem. Diem aja gag tau ngapain. Hario di seberang bangku sudah selesai mengisi dan pamitan kepada Ibu Ulin Nuha dkk.
Ditengah-tengah keheningan ruang XI IPA1 tiba-tiba Mangton nyeletuk; “oh, ya wis gag papa”. Glekk! Gag papa apanya??
“gag papa gimana?”, kataku khawatir.
“kan kita mirip”, katanya tiba-tiba.
“terus apa hubungannya?”, kataku loading.
“pake fotoku aja pas SMA”, katanya. What the?? Mirip sih mirip, tapi masa mau pake fotonya Mangton, kalo ketauan piye jal?
Setelah melalui pemikiran yang matang, akhirnya aku setuju menggunakan fotonya Mangton waktu SMA. Bzz…
Begitulah kisahnya…

0 komentar:

Posting Komentar