Kisah Sedih Di Malam Minggu

Les Story...
Kisah ini berawal dari pembicaraan kecil didalam ruang les… Hafidz, Dhana dan aku. Kami sepakat malam minggu tanggal 31 januari 2010 itu kami akan ke JEC (Jogja Expo Centre), kebetulan malam itu di JEC sedang ada pameran. Dhana sampai rela meninggalkan janjinya dengan Judan, Andre dan Ilham demi pergi ke JEC bersama aku (weh?). Les hari itu sepi, menurut kami. Kenapa? Karena Acil tidak hadir. Katanya sih sedang ikut lomba. Okelah! Kami yang biasanya berjalan-jalan di akhir pekan bersama Acil, kini kami harus merelakan menyusuri jogja tanpanya.
Jadilah setelah selesai sholat maghrib di tempat les kami pun sepakat akan pergi malming ke JEC. Dan berhubung tanpa Acil, maka kami pun pergi menaiki Trans Jogja.
Singkat cerita, kami pun sampai di halte Trans Jogja di SMP1. Jujur saja ini pertama kali aku naik Trans Jogja, jadi sedikit agak banyak grogi gitu, hehe. Kami membeli tiket dan menunggu Trans Jogja dengan duduk-duduk di kursi yang sudah disediakan. Sambil menunggu Trans Jogja kami asyik bercerita tentang kisah cinta. Mulai dari kisah cinta Hafidz dan Dhana baik di Jogja maupun di Toli-Toli, sampai kisah cintaku di XI IPA1 (wakakak).
Dan Trans Jogja pun muncul. Dengan grogi aku naik mobil dingin berwarna hijau itu. Aku duduk di sisi sebelah kanan jika dilihat dari depan (hanya yang pintar yang dong), diapit Hafidz dan Dhana. Kami benar-benar takut kesasar, maklum lah kami kan bukan orang asli Jogja dan aku sama sekali belum mengenal Jogja bagian Utara sampai Barat. Hafidz dan Dhana sedikit syok ketika mendengar bahwa aku tidak mengenal baik Jogja bagian tersebut. Tahu gak? Biasanyakan aku yang jadi peta Jogja mereka (wakakak). Namun, akhirnya Dhana mengingat perjalanan panjangnya bersama Bowo ketika date di JEC (cieee… !!! ihhiiiiyy…). Kami pun lega.
Sampai di halte Janti kami harus berganti bus, tapi gak papa kan cuman bayar Rp.3500. Kami pun tersenyum senang karena gak kesasar. Horee!! JEC, we are coming!!
Sampailah kami di JEC. Rame bangett… seru dah pokoknya. Kami pun masuk dengan membeli tiket seharga Rp.2500. Di dalam kami sedikit bingung apa yang harus kami lakukan. Banyak banget alat-alat elektronik yang menggiurkan. Apa yang harus kami lakukan? Nyuri? (Astaghfirullah Hal Adzim). Dhana yang mempunyai keinginan membeli laptop pun mulai mengunduh brosur dari sebuah stan. Aku tertarik. Kuikuti jejak Dhana. Begitupun dengan Hafidz. Jadilah kami malming dengan berlomba mengumpulkan brosur dari setiap stan di JEC. Aku dapat 36 brosur dari stan yang berbeda-beda(wakakak).
Setelah puas melihat-lihat dan mendapatkan berlembar-lembar brosur dari berbagai stan kami pun memutuskan untuk pulang. Kebetulan waktu juga sudah menunjukkan pukul ± 20:15. Dengan agak panik karena takut Trans Jogjanya tutup kami pun ngacir ke halte JEC. Alhamdulillah kami masih mendapat kesempatan naik Trans Jogja lagi.
Seperti biasa kami disuguhkan istilah ‘waiting is boring’. Daripada benar-benar boring gara-gara waiting lebih baik online (OL) facebook. Tapi HP ku mati (Innalillahi… ), maksudnya lowbath. Jadilah hanya mereka berdua yang OL. Disela-sela OL, kudengar Hafidz bergumam sesuatu yang seperti: “sebentar lagi kita akan menempuh perjalanan panjang”. Setuju !... bangett
Trans Jogja datang. Kami masuk. Kali ini aku tidak grogi, kan udah biasa (hehe?). Dalam kegembiraan kami tiba-tiba sang kenek bertanya, “mas kalian mau turun dimana?”.
Dhana menjawab, “semsat (SMP1)”.
“wah, busnya gak sampai kesana tuh. Ini cuman sampai ke Tamsis (Taman Siswa)”. What the doggy Style??? Bayangkan aja, jarak dari Tamsis ke SMP1 berapa kilo tuh? Mau naik apa coba? Udah malem. Masa jalan kaki? Kempolku iso gedhe kih!!!!
Ckckck. Nek aku wani musti tuh kenek wis tak antemi!! Sayang tenan, kwe beruntung nek, aku ra wani (peace^^). Pasrah dah! Malam itu kami akan melakukan perjalanan panjang. Panjang banget, gak tau berapa kilo tuh kami gak sempet ngitung pake rumus matematika.
Ternyata bener ya, bahwa setiap perkataan yang kita katakan adalah sugesti. Suatu saat nanti pasti akan terjadi. Perjalanan ini benar-benar panjang seperti apa yang sebelumnya di ramalkan Hafidz.
Kami turun di halte Tamsis dengan lesu…
“kayaknya tadi malam aku gak mimpi apa-apa dah”, celetukku kepada Hafidz dan Dhana. Dhana tertawa terbahak-bahak. Untung aja Malioboro rame! Kalau gak mesti kami males jalan.
Kami pun mengawali perjalanan panjang kami dari Malioboro. Aku baru sadar populasi wanita tak berkerudung di Jogja lebih banyak dari wanita berkerudung (Alhamdulillah cewek yang kusukai berkerudung. Hehe^^).
Demi segera sampai di rumah, kami rela mendapatkan tantangan bertubi-tubi: kabut yang membuat perut sakit yang dibuat oleh orang yang berteriak-teriak, “satee.. satee!!”, bisingnya suara pluit, “piiip.. piip, parkiiir sini!!”, dan masih banyak lagi.
Kaki kami benar-benar sakit. Yeah gak apa-apalah itung-itung cuci mata di malam minggu (welah!). Dengan melewati Malioboro, Stasiun Tugu, sampai kembali ke Pingit sambil jalan kaki kami pun akhirnya sampai ke “Our Final Destination”; Kontrakan Hafindz dan Dhana.
Dan disinilah akhir perjalanan kami…
NB : Acil maafkan kami…
Catur maafkan kami juga, ini rencananya mendadak sih…

0 komentar:

Posting Komentar