Tiga Drakula 1

Short Story...
Di ceritakan kembali oleh ; Mohammad Aditya Rahman

Dahulu kala disebuah hutan belantara hiduplah tiga orang drakula yang suka mencari mangsa. Pada suatu hari mereka mengadakan sebuah lomba ‘siapa yang sanggup memangsa manusia paling banyak dalam waktu paling cepat, dia berhak mendapatkan julukan Raja Drakula’,.merekapun sepakat menyetujui rencana tersebut.
“hei lihat desa disebelah timur sana”, kata drakula pertama sambil menunjukkan jari telunjuknya kearah sebuah desa yang dimaksud kepada kedua temannya.
“yeah, kami lihat”, kata salah satu dari temannya.
“aku akan melahap semua penghuni desa tersebut dalam waktu sepuluh menit”, Kata drakula pertama bangga. Walaupun ia belum melakukan tugas itu namun ia sudah merasa yakin kalau ia bisa melakukannya.

“ayo cepat lakukan”, Tantang kedua temannya tersebut.
“baik!”, Katanya seraya meleset terbang menuju desa yang dimaksudnya. Dan ternyata benar saja dalam waktu sepuluh menit ia kembali lagi dengan mulut penuh dengan darah segar. Kedua temannya tak percaya. Namun setelah desa tersebut diperiksa oleh mereka, benar saja desa tersebut sudah sunyi bak tak berpenghuni. Itu karena semua penghuninya sudah mati ditangan drakula pertama. Akhirnya merekapun mengakui kehebatan drakula pertama. Namun persaingan belum selesai. Kini giliran drakula kedua.
“kalian tahukan desa disebelah selatan”, Kata drakula kedua dengan nada suara tidak mau kalah.
“yeah, tentu kami tahu”, kata mereka berdua.
“aku bisa kok menghabiskan semua penghuni desa itu dalam waktu yang lebih singkat dari dia”, kata drakula kedua dengan nada suara yang sangat angkuh seolah-olah ia bisa melakukannya.
“baiklah ayo lakukan, aku ingin melihatnya”, ejek drakula pertama. Ia pikir tak akan ada yang bisa mengalahkannya.
“oke!”, katanya seraya pergi kedesa tersebut. Dan ternyata benar juga apa yang dikatakannya. Dalam waktu lima menit ia kembali lagi dengan mulut bersimbah darah dan setelah dicek ternyata benar semua penghuni desa tersebut sudah mati. Drakula pertamapun mengakui kekalahannya. Tapi pertaruhan belum selesai. Drakula kedua belum mendapat julukan Raja Drakula, kan masih ada drakula ketiga. Kini gilirannya untuk pergi kesebuah desa disebelah barat dan membunuh semua penghuninya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, tapi jika ia ingin menjadi pemenangnya.
“sudah terbuktikan siapa yang jadi pemenangnya”, kata drakula kedua senang dan bangga bercampur sombong.
“tidak bisa”, kata drakula pertama.
“kan masih ada dia”, katanya sambil menudingkan jari telunjuknya kearah drakula ketiga yang sedang bengong seolah-olah ia tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan dari tadi.
“apa! Yang benar saja masa aku harus bersaing sama dia, jelas saja dia kalah”, katanya sombong. Diantara mereka bertiga drakula ketigalah yang paling payah itulah sebabnya drakula kedua yakin bahwa ia tidak akan bisa mengalahkannya. Jadi percuma saja menyuruhnya melakukan tugas tersebut.
“siapa bilang!”, celetuk drakula ketiga tiba-tiba seolah ia baru terbangun dari mimpi indahnya akan jabatan menjadi Raja Drakula.
“aku bisa kok mengalahkan kalian dan menjadi Raja Drakula dihutan ini”. Katanya sombong. Dua temannya sudah berhasil dibekukan oleh kata-katanya.
Tiba-tiba mereka tertawa terbahak-bahak, tentunya menertawakan drakula ketiga yang sudah bena-benar gila jabatan.
“kalau begitu buktikan sekarang!”, tantang mereka.
“oke, aku akan menghabiskan semua penghuni desa disebelah barat dalam waktu satu menit”. Katanya penuh dengan keyakinan kalau ia bisa melakukannya.
“kalau begitu buktikan”, kata drakula kedua dengan nada suara mengejek. “kata-katamu bisa dipegangkan, maksudku bukan hanya dimulutkan”.
“tentu saja tidak!”, bentaknya seraya meleset terbang dengan cepat kearah barat. Dan ternyata benar saja. Satu menit kemudian. Dia kembali dengan seluruh kepalanya bersimbah darah. Kedua temannya menatapnya dengan penuh kagum. Mereka tidak percaya dengan apa yang dilakukannya.
“ini bukan mimpi kan?”, kata drakula kedua sambil menatap tajam drakula ketiga yang sedang tersedu-sedu. “lalu kenapa kau menangis?”
“tentu saja ini bukan mimpi”, katanya seraya menahan air matanya yang hendak keluar. “kalian lihat tiang listrik didepan”, katanya tiba-tiba.
“yeah kami lihat”, kata mereka masih diliputi rasa heran. “memang kenapa?”
“AKU TIDAK MELIHATNYA”, gertaknya menahan sakit yang meledak dikepalanya akibat NABRAK TIANG LISTRIK. Kedua temannya langsung tertawa terbahak-bahak seolah itu adalah sebuah sirkus yang sangat lucu.
“wow, itu adalah pengalamanmu yang sangat besar”.
“DIAM!, kamu yang besar!”. Gertaknya. “besar mulut!”.
Karena itu janganlah jadi orang yang sok hebat dan buru-buru. Namun sisi baik dari cerita tersebut adalah jadilah orang yang percaya diri dan jangan gampang menyerah sebelum melakukan sesuatu. Oke boss!...

0 komentar:

Posting Komentar