Cinta saja Tidak Cukup!

Pojokk...
Pacaran bertahun-tahun tidak akan menjamin bahwa dia adalah pria yang tepat untuk Anda. Ada pasangan yang hanya butuh waktu 6 bulan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, tetapi ada juga yang perlu waktu bertahun-tahun sampai ke pernikahan. Itu pun, ada juga yang akhirnya bubaran. Lalu, bagaimana cara mengetahui bahwa ia memang pria yang tepat?

1. Teman-teman setuju
Bukan hanya Anda yang yakin bahwa dia orang yang tepat, tetapi juga teman-teman Anda. Namun kalau hanya Anda yang merasakan hal itu, dan teman-teman Anda tidak setuju, berarti ada yang salah. Terkadang cinta bisa membutakan logika dan perasaan Anda; orang-orang di sekitar Anda lah yang bisa berpikiran normal.

2. Kumpul dengan keluarga
Perkenalkan pasangan dengan keluarga Anda, dan lihat apakah ia bisa dengan mudah bergabung dengan orangtua dan saudara-saudara Anda. Memang tak semua orang bisa langsung akrab dengan orang yang baru dikenal, namun amati juga apakah ia cenderung menghindar.

3. Ia mendengarkan
Hidup adalah dua kesatuan yang harmonis. Ada kalanya Anda mendengarkan, atau dia yang mendengarkan. Tetapi kalau Anda hanya berfungsi sebagai pendengar, maka komunikasi tidak akan berlangsung dua arah. Ingatlah bahwa komunikasi adalah fondasi dari hubungan Anda.

4. Punya tujuan yang sama
Anda ingin menikah, dan ia ingin bersenang-senang? Sampai kapan pun Anda berdua tidak akan seiring sejalan. Satukan tujuan ke depan, akan dibawa kemana hubungan itu? Apakah hanya sebatas bersenang-senang, atau berlanjut ke arah yang lebih serius?

5. Ia bisa jadi teman dan sahabat
Ini keuntungan lain saat Anda punya pasangan yang bisa diandalkan sebagai teman dan sahabat. Fondasi ini lebih kokoh ketimbang hanya menjadikan ia sebagai pecinta.

6. Percaya
Anda percaya padanya. Tanpa kepercayaan maka suatu hubungan tidak akan pernah langgeng, sebab Anda akan saling curiga dan mengekang satu sama lain.

7. Merasa spesial
Anda masih merasakan hal yang sama seperti saat pertama berjumpa dengannya, seperti perhatiannya yang tak berkurang, atau kesetiaannya yang tetap teruji. Hal ini merupakan pertanda kalau Anda adalah orang yang spesial baginya.

8. Membicarakan masa depan
Saat Anda mencari Mr Right, maka Anda juga harus memposisikan hal yang sama, bahwa ia mencari Mrs Right. Artinya, ia juga memiliki sejumlah komitmen untuk menjalani kehidupan yang saling mendukung bersama Anda, pasangannya.

9. Merasa terlindungi
Melindungi, bukan hanya secara fisik namun juga secara finansial. Jika ia tidak bisa menghidupi dirinya sendiri bagaimana nanti ia bisa menghidupi Anda dan anak-anak? Cinta saja tidak cukup; Anda harus mampu bersikap realistis!

10. Jadilah apa adanya
Jadilah diri Anda apa adanya agar ia juga mencintai diri Anda seutuhnya, lengkap dengan segala kekurangan Anda. Jika ia tidak mencintai Anda apa adanya, maka tidak alasan Anda untuk terus bersamanya karena unsur "di kala susah dan senang" tak Anda miliki.

source : KOMPAS.com

Ku Ampuni Kau, Jogja-Tempel!!

XI IPA1 Story...
Sejak sepeda kesayanganku hilang, aku berangkat sekolah dengan naik bus umum. Dari tempat tinggalku ada tiga macam bus yang bisa sampai ke jalan Magelang. Pertama Jalur 5; sekitar 1 kilometer dari tempat tinggalku, tempat yang biasanya di lalui si Jalur 5. Kedua Jalur 15; hanya beberapa meter dari tempat tinggalku, dan Ketiga Jalur Jogja-Tempel; sekitar 1 kilometer.
Dulu biasa menggunakan Jalur 5, tapi terlalu lama nunggunya, jadi telat terus, sementara jalur 15 harus keliling Jogja dulu, jadi terlalu jauh dan lama untuk sampai ke SMA 4, jadilah aku memilih Jogja-Tempel atau yang di kenal dengan sebutan Jogtem.
Pagi itu seperti biasa, bangun ± pukul 05.00 WIB. Setelah aktifitas yang tidak bisa di sebutkan secara detail disini, aku pun pergi ke jalan raya (ha? ngapain), nunggu Jogtem mau kesekolah lah. Seperti biasa lamanya minta di ampuni daah... Zzz
Setelah sekitar 15 menit kemudian akhirnya tuh Jogtem dateng juga. Alhamdulillah masih punya waktu setengah jam lagi, semoga aja gag telat. Naiklah aku dengan tuh Jogtem.
Biasanya kalau naik Joktem pagi-pagi aku seneng banget, soalnya biasanya ketemu sama dia (yang berinisial AA), tapi kali ini biasa aja tuh. Kenapa? Karena aku yakin pasti sesuatu yang di nanti itu kemungkinannya kecil untuk kenyataan (menurutku lho), soalnya biasanya kalo aku ngarep ketemu dia malah gag ketemu, dan sebaliknya kalo aku gag ngarep ketemu dia pasti ketemu.
Jogtem melaju dengan kecepatan rata-rata melewati Jokteng (Pojok Benteng) dan berhenti di situ, ihh lama!! Marmut (Marai Mutung) tenan kih bus! kenapa harus berhenti sih! Gak tau po kalo anak sekolah itu mlebu jam 7??!! Bzz... Pointku udah banyak gara-gara telat tau!! *Shit!!!
Beberapa saat kemudian tuh Jogtem melaju lagi dengan kecepatan seperti semula, melewati Jalan Bugisan dan menuju ke daerah Wirobrajan...
Deg...!!!!
Biasanya sampai di derah ini aku mulai deg-degan, soalnya udah deket daerah target. Wakakak. Tapi kali ini kok biasa aja ya.
Jogtem itu berjalan dengan lembek, sang supirnya yang marmosi tenan santai-santai ae, Dasar! gag sensitive!! zzz
Bus itu melaju mendekati daerah pasar Klithikan. Aku sedang menggerutu sebal ketika bus itu berhenti di sekitar Klithikan. Dan dengan anggun sesosok Bidadari berkerudung putih menaiki busku.
Glekk!!
That is my dreamgirl..!! Oh my God. Please take me out from here!! Dadaku mulai berdegup kencang seperti kata Dewa 19...
Bidadari berinisial AA itu sedang bingung mencari tempat duduk, dan kebetulan tempat dudukku di belakang masih kosong. Ia berjalan kearah tempat dudukku dan...
"Adit!", katanya terkejut.
"hei, AA", sahutku salting. ia duduk di sebelah kananku dengan grogi. Sementara bus kembali melaju menuju tempat tujuan.
Waah!! Jarang-jarang bisa duduk bareng dia. Di kelas aja dia gag mau kalo aku duduk di sampingnya. Gak tau kenapa. Padahal sama cowok lain dia mau. Bzz!! Anti-Adit paling ya? haha.
Aku bingung mau ngapain. Akhirnya dia yang ngajak bicara duluan (Beh!! Malu-maluin aku tuh).
"eh, Dit ada PR gag sih?", katanya dengan tatapan masih lurus kedepan. Gag tau kenapa, malu paling ya.
"Ha? nganu! kayaknya gag ada deh, AA", jawabku blepotan.
"oh".
Waah!! Biasanya kami kalau ketemu di bus gag ngobrol, soalnya duduk jauh-jauhan. Tapi kali ini bisa ngobrol. Wakakakak. Ini semua berkat kau Jogtem!! Ku ampuni kau!!!

NB : Gag percaya?? Terserah!! Tanya aja sama si AA!! Wakakak...

Rahasia Di Balik Tragedi Berdarah Buber part I

XI IPA1 Story...
Kisah ini terjadi bulan puasa kemaren (01 september 2009) dan awalnya dimulai di dalam kelas XI IPA1 tercinta saat mapel kimia berlangsung. Kelas kimia waktu itu benar-benar parah; Kami terbagi menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok yang perhatiannya tertuju ke ibu Kimia (?), ada yang tiduran (kelaperan paling), dan ada yang ngerumpi (aku masuk ke kelompok ngerumpi). Tapi ngerumpiku cuman bisik-bisik sama Catur, Aji (Baim), Agung (ABK) dan Acil.
Pelajaran Kimia telah usai…
Tiba-tiba saja kami disuguhkan ajakan Buber oleh Agust Titin dan kawan-kawan, aku langsung tertarik dan mendaftar untuk ikut. Aku pun memaksa Catur, Aji, ABK dan Acil untuk ikut buber juga, dengan rayuan gombalku Catur dan ABK tertarik. Haha. Jadilah sore itu kami sepakat kumpul di 4B.
Singkat cerita. Sebagian anak XI IPA1 sudah ada disitu; Titin, Bowo, Anindha, Andre, Dimas, Breggy, Ariani, Endah, Evi, Arum, ABK, Catur, Lita, Nungki dan aku…
Kami pun berangkat ke Jejamuran (tempat makan yang sudah kami sepakati). Bowo yang memimpin dengan Vixion-nya. Aku sering dengar ceritanya Catur tentang ngetrek-nya dia dengan Bowo (Bowo kalah terus), tapi terakhir ngetrek Catur lah yang kalah, disini rupanya Catur akan menunjukkan kejantanannya, ia akan membuktikan kepada Bowo kalau Vixion bisa kalah dengan Revo! Haha. Lain cerita dengan si ABK; aku gag tau apa yang dia pikirkan, tapi yang jelas sepertinya ia ingin menunjukkan kepada kita kalau ia pun bisa naik motor dan lebih hebat dari kita. Dan tau gak apa rencanaku? Dulu pas kelas satu, kami anak XC mengadakan Holiday ke paris dan aku sempat mengalahkan Bowo dalam perjalanan kami dengan membalap motornya. Disini aku sudah tau si Bowo sudah ganti motor dan aku ingin menunjukkan kalau motor Mio (welah!) bisa mengalahkan Vixion!!! Wakakak.
Laskar XI IPA1 (Laksis) berangkat menyusuri sepanjang jalan Magelang. Ngetrek di mulai. Aku mulai mengejar Bowo! Dan Bowo tidak mau kalah, ia semakin mempercepat lajunya, Catur dan ABK juga mengejar si Vixy! Jadilah kami saling salib-menyalib…
Kami sudah melewati Ring Road, aku terus mengincar si Vixy! Sementara Catur dan ABK juga mengincar kami di belakang, saat itu kami tidak melihat anggota Laksis lainnya. Ketika pandanganku fokus ke Bowo tiba-tiba…
Sebuah mobil menghalangi jalanku! Shit! Aku belok ke kiri dan sialnya disebelah kiri mobil itu ada motor (gag tau ngapain, mau nyebrang ato bunuh diri) berhenti ditengah jalan. Karena kecepatanku expres banget aku jadi kagok, aku langsung menginjak rem kaki (what? Rem kaki? Aku gak punya rem kaki! Sejak kapan Mio punya rem kaki?), dengan keburu-buru ku tarik rem tangan mio, tapi tidak keburu. Bagian depan motorku menabrak motor sinting itu.
Diuarrr…. Terjadilah apa yang dinamakan teori bigbang ke2…
Aku terpental seperti bola basket yang tak tau arah dan mendarat di aspal yang terasa lembek bagiku waktu itu. aku memandang berkeliling, tapi semuanya terasa aneh, berbayang-bayang dan berwarna hijau. Kepalaku pusing! Samar-samar kudengar suara seseorang merintih, aku mencari asal suara itu, tapi aku gak mengerti, suara itu seperti berasal dari mulutku, dan ternyata benar! Akulah yang merintih. Kulihat berkeliling dan aku merasakan langit turun ke bumi dan saat itu aku menemukan sebuah batu raksasa yang bisa bergerak-gerak di depanku…
Catur???
Aku baru sadar. Aku menemukan diriku ditengah-tengah jalan raya sedang duduk dan didepanku yang kukira batu adalah Catur? Ha? Kok Catur? Perasaan tadi aku nabrak motor lain dan catur berada di belakangku… aku benar-benar tidak mengerti.
Dengan merasa bersalah banget aku berkata kepada Catur; “Maafkan aku tur…” (???)
Setelah sadar sepenuhnya kutemukan diriku di kelilingi banyak orang. Kulihat keadaanku yang sangat berantakan. Pakaianku robek semua. Kalian tau gak apa yang terlintas di pikiranku saat itu? ada dua; pertama, “aduuh bakal di marahin mamah sama bapa nih”, kedua, “aduuh nyesel aku mbalap Yoga (Bowo), waah aku udah ngecewain teman-teman”…
Aku di bantu warga sekitar minggir ke trotoar. Setelah sampai di trotoar aku mulai merasakan perasaan aneh. Sekujur tubuhku sakit semua. SAKIIT BANGETT!!! Kaki, tangan, kepala udah kaya mayat, penuh dengan darah. Dengan merintih-rintih aku mulai di perdebatkan oleh Agust Titin, warga sekitar dan teman-teman seperjuanganku lainnya. Ada yang mengusulkan untuk membawaku ke Puskesmas, ada yang menyuruh di bawa ke PMI, dan ada yang menyuruh di bawa ke RS (karena lukaku cukup parah).
Sementara mereka berdebat sengit, seseorang memberikan segelas air kepadaku. Ia menyuruhku membatalkan puasaku. Tapi aku gag mau. Tanggung tau tinggal beberapa menit lagi kok. Ketika aku menolak gelas berisi air putih itu tiba-tiba air nya berubah warna menjadi merah. Ha? Darah dari daguku menetes ke gelas itu, dari situlah aku tau betapa parah lukaku… daguku bocor dan harus di jahit.
Aku mendengar kesepakatan mereka untuk membawaku ke PMI cabang Sleman. Sebagian orang ngacir memanggil mobil ambulance. Aku benar-benar terharu dengan teman-temanku. Disitu aku meneteskan air mata (tak beri tahu sebuah rahasia, aku nangis bukan karena sakit, tapi karena terharu), teman-temanku menghiburku, aku benar-benar merasa bersalah kepada mereka semua. T.T
Kami sedang bersedih ria, ketika seorang warga sekitar ada yang nyeletuk suruh cepat membawaku pergi kalau tidak polisi akan segera datang. Disitu aku benar-benar bingung sama Titin. Aku yang habis kecelakaan kok dia yang kalap. Mungkin gara-gara denger kata ‘polisi’ ya? haha. Dan kami pun mulai beres-beres untuk segera pergi (?).
Bersambung…

Mau tau kisah selanjutnya? Apakah yang akan terjadi dengan Laksis? Nantikan kisah berikutnya... Wakakak...


NB : Ngetrek disini bukan ngetrek beneran, cuman iseng-iseng aja. Catur dan Bowo rumahnya searah, jadi pulang sekolah mereka lakukan untuk balapan siapa yang lebih dulu sampai rumah dialah Firosi (Rosi-nya XI IPA1)

Gje

XC Story...
Pagi itu aku sampai sekolah lebih dulu dari si Gaple' [Kisah XC], beberapa menit setelah aku duduk di bangkuku, si Gaple' muncul dan dengan bunyi kedubrag dia duduk di bangkunya bareng Fahmi. Dengan memegangi perutnya ia melenguh; "Adooh wetengku loro!!!".
Aku yang berada di dekatnya otomatis mengimbangi; "Wii wetengku telu Yog!!"...
Bowo ; (*&^%$@*()&^&%#....

BTW bener juga tuh si Bowo wetenge loro... hehehe.. peace!!

Kisah Sedih Di Malam Minggu

Les Story...
Kisah ini berawal dari pembicaraan kecil didalam ruang les… Hafidz, Dhana dan aku. Kami sepakat malam minggu tanggal 31 januari 2010 itu kami akan ke JEC (Jogja Expo Centre), kebetulan malam itu di JEC sedang ada pameran. Dhana sampai rela meninggalkan janjinya dengan Judan, Andre dan Ilham demi pergi ke JEC bersama aku (weh?). Les hari itu sepi, menurut kami. Kenapa? Karena Acil tidak hadir. Katanya sih sedang ikut lomba. Okelah! Kami yang biasanya berjalan-jalan di akhir pekan bersama Acil, kini kami harus merelakan menyusuri jogja tanpanya.
Jadilah setelah selesai sholat maghrib di tempat les kami pun sepakat akan pergi malming ke JEC. Dan berhubung tanpa Acil, maka kami pun pergi menaiki Trans Jogja.
Singkat cerita, kami pun sampai di halte Trans Jogja di SMP1. Jujur saja ini pertama kali aku naik Trans Jogja, jadi sedikit agak banyak grogi gitu, hehe. Kami membeli tiket dan menunggu Trans Jogja dengan duduk-duduk di kursi yang sudah disediakan. Sambil menunggu Trans Jogja kami asyik bercerita tentang kisah cinta. Mulai dari kisah cinta Hafidz dan Dhana baik di Jogja maupun di Toli-Toli, sampai kisah cintaku di XI IPA1 (wakakak).
Dan Trans Jogja pun muncul. Dengan grogi aku naik mobil dingin berwarna hijau itu. Aku duduk di sisi sebelah kanan jika dilihat dari depan (hanya yang pintar yang dong), diapit Hafidz dan Dhana. Kami benar-benar takut kesasar, maklum lah kami kan bukan orang asli Jogja dan aku sama sekali belum mengenal Jogja bagian Utara sampai Barat. Hafidz dan Dhana sedikit syok ketika mendengar bahwa aku tidak mengenal baik Jogja bagian tersebut. Tahu gak? Biasanyakan aku yang jadi peta Jogja mereka (wakakak). Namun, akhirnya Dhana mengingat perjalanan panjangnya bersama Bowo ketika date di JEC (cieee… !!! ihhiiiiyy…). Kami pun lega.
Sampai di halte Janti kami harus berganti bus, tapi gak papa kan cuman bayar Rp.3500. Kami pun tersenyum senang karena gak kesasar. Horee!! JEC, we are coming!!
Sampailah kami di JEC. Rame bangett… seru dah pokoknya. Kami pun masuk dengan membeli tiket seharga Rp.2500. Di dalam kami sedikit bingung apa yang harus kami lakukan. Banyak banget alat-alat elektronik yang menggiurkan. Apa yang harus kami lakukan? Nyuri? (Astaghfirullah Hal Adzim). Dhana yang mempunyai keinginan membeli laptop pun mulai mengunduh brosur dari sebuah stan. Aku tertarik. Kuikuti jejak Dhana. Begitupun dengan Hafidz. Jadilah kami malming dengan berlomba mengumpulkan brosur dari setiap stan di JEC. Aku dapat 36 brosur dari stan yang berbeda-beda(wakakak).
Setelah puas melihat-lihat dan mendapatkan berlembar-lembar brosur dari berbagai stan kami pun memutuskan untuk pulang. Kebetulan waktu juga sudah menunjukkan pukul ± 20:15. Dengan agak panik karena takut Trans Jogjanya tutup kami pun ngacir ke halte JEC. Alhamdulillah kami masih mendapat kesempatan naik Trans Jogja lagi.
Seperti biasa kami disuguhkan istilah ‘waiting is boring’. Daripada benar-benar boring gara-gara waiting lebih baik online (OL) facebook. Tapi HP ku mati (Innalillahi… ), maksudnya lowbath. Jadilah hanya mereka berdua yang OL. Disela-sela OL, kudengar Hafidz bergumam sesuatu yang seperti: “sebentar lagi kita akan menempuh perjalanan panjang”. Setuju !... bangett
Trans Jogja datang. Kami masuk. Kali ini aku tidak grogi, kan udah biasa (hehe?). Dalam kegembiraan kami tiba-tiba sang kenek bertanya, “mas kalian mau turun dimana?”.
Dhana menjawab, “semsat (SMP1)”.
“wah, busnya gak sampai kesana tuh. Ini cuman sampai ke Tamsis (Taman Siswa)”. What the doggy Style??? Bayangkan aja, jarak dari Tamsis ke SMP1 berapa kilo tuh? Mau naik apa coba? Udah malem. Masa jalan kaki? Kempolku iso gedhe kih!!!!
Ckckck. Nek aku wani musti tuh kenek wis tak antemi!! Sayang tenan, kwe beruntung nek, aku ra wani (peace^^). Pasrah dah! Malam itu kami akan melakukan perjalanan panjang. Panjang banget, gak tau berapa kilo tuh kami gak sempet ngitung pake rumus matematika.
Ternyata bener ya, bahwa setiap perkataan yang kita katakan adalah sugesti. Suatu saat nanti pasti akan terjadi. Perjalanan ini benar-benar panjang seperti apa yang sebelumnya di ramalkan Hafidz.
Kami turun di halte Tamsis dengan lesu…
“kayaknya tadi malam aku gak mimpi apa-apa dah”, celetukku kepada Hafidz dan Dhana. Dhana tertawa terbahak-bahak. Untung aja Malioboro rame! Kalau gak mesti kami males jalan.
Kami pun mengawali perjalanan panjang kami dari Malioboro. Aku baru sadar populasi wanita tak berkerudung di Jogja lebih banyak dari wanita berkerudung (Alhamdulillah cewek yang kusukai berkerudung. Hehe^^).
Demi segera sampai di rumah, kami rela mendapatkan tantangan bertubi-tubi: kabut yang membuat perut sakit yang dibuat oleh orang yang berteriak-teriak, “satee.. satee!!”, bisingnya suara pluit, “piiip.. piip, parkiiir sini!!”, dan masih banyak lagi.
Kaki kami benar-benar sakit. Yeah gak apa-apalah itung-itung cuci mata di malam minggu (welah!). Dengan melewati Malioboro, Stasiun Tugu, sampai kembali ke Pingit sambil jalan kaki kami pun akhirnya sampai ke “Our Final Destination”; Kontrakan Hafindz dan Dhana.
Dan disinilah akhir perjalanan kami…
NB : Acil maafkan kami…
Catur maafkan kami juga, ini rencananya mendadak sih…

Hantu Kamar Mandi???

Kisah Lama...
Ini adalah pengalamanku. Pengalaman ini terjadi ketika aku masih duduk di bangku SMP kelas VIII. Waktu itu selain ikut pelajaran formal, aku juga ikut pelajaran nonformal alias les. Tapi aku cuma mengambil les bahasa inggris. Karena menurutku hanya pelajaran bahasa inggris sajalah yang jeblok nilainya (sok-sokan… hehe^^).
Aku ikut les bahasa inggris di sebuah tempat les yang namanya rahasia (welah). Tempat les itu merupakan tempat les bahasa inggris terbesar di Cirebon. Gedungnya sangat besar dan tingginya mencapai tiga lantai. Selama dua tahun aku ikut les di tempat ini aku belum pernah menjelajahi seluruh isi gedungnya. Dan kisah ini terjadi di dalam gedung les ku…
Pukul 16:00 a.m, aku sudah duduk di dalam ruang 6 yang merupakan ruangan khusus kelas VIII SMP. Ruangan itu terletak di tengah-tengah gedung di lantai 3 dan tanpa jendela, sehingga jika tidak ada AC-nya aku yakin akan sangat panas.
Semua teman lesku sudah datang: Mario, Jafry, Raydinald, Fadil, Lutfi, Hafidz, Dimas, Selvi, Tria, Litanya, Rani dan Si kembar Tiara dan Tiesya. Kelas dimulai setelah sang tentor datang…
Satu jam kemudian…
Pukul 17:00 a.m kami semua keluar dari ruang 6. Kami (Mario, Jafry, Raydinald, Fadil, Lutfi, Dimas dan Hafidz) memutuskan untuk nginep di rumah Mario, untuk membahas tentang club kita yang bernama C2HP (Club Cinta Harry Potter [waguu!!]). Kebetulan besok juga hari minggu, jadi kami bisa bermain sepuasnya.
Setelah keluar dari ruang 6, dalam perjalanan turun kami tidak berhenti membicarakan Harry Potter hingga tanpa sadar kami berjalan entah kemana… weh? Kami kesasar !!!
Ruang besar tempat berdiri kami saat itu begitu asing. Kami belum pernah kesitu!! Bahkan Jafry beranggapan kami kesasar ke dimensi lain (halah! Maklum masih lugu, kan baru kelas VIII SMP. Hehe!). tapi kami mengelak dan menasehatinya supaya tidak keseringan nonton film horror.
Dengan perasaan yang sedikit panik kami berusaha menjelajah ruangan itu dan mencari jalan keluar. Kami berlari mengikuti arah koridor sambil berpikir keras kami tadi lewat mana? (anehnya pada saat itu kami benar-benar lupa kenapa kami bisa berada di situ).
Ketika kami berjalan cukup lama sampai hari mulai gelap dan koridor mulai remang-remang kami akhirnya menemukan perempatan. Aku tahu! Aku pernah lewat sini, Raydinald dan Hafidz juga tahu, jika kami ambil koridor kiri maka kami akan sampai di Mushola, jika ambil kanan kami akan sampai ke ruangan les komputer (selain bahasa inggris, lembaga ini juga menerima les komputer) dan jika lurus?? Diantara kami tidak ada yang tahu akan menuju arah mana jika kami mengambil koridor di depan kami yang sudah gelap gulita!!!
Disaat kami bermusyawarah untuk mencapai mufakat (halah!), tiba-tiba kami di kejutkan oleh suara? Ya! suara! Tapi bukan suara kami. Suara seorang anak kecil batuk. Kami mulai merinding. Mula-mula yang mendengar suara itu si Hafidz, tapi Fadil dan Lutfi yang berada di dekatnya segera mengetahuinya juga, lalu kami menjadi pendengar yang terakhir.
Tanpa berkata apa-apa, kami mulai berteriak khas anak-anak innocen dan berhamburan berlari menyelamatkan diri masing-masing. Seingatku, aku, Mario, Lutfi, dan Fadil mengambil jalan lurus. What??? Dan yang lainnya entah kemana. Yeah! Kami berpisah.
Kami berhenti ditengah-tengah jalan. Entah berhenti karena capek atau takut nabrak. Koridor itu benar-benar gelap. Gelap gulita. Mula-mula kami tidak bisa melihat apa-apa, tapi lama-kelamaan kami mulai terbiasa dengan kegelapan di sekitarnya. Kami sekarang bisa melihat dalam kegelapan. Kami berada pas didepan pintu sebuah ruangan yang sangat asing. Dan dalam kegelapan itu Mario menemukan stop kontak. Dengan tidak sabar kami mulai berebut memencet stop kontak itu. ha? Gak nyala!! Shit!! Rusak apa mati lampu ya??
Kami mulai menangis, bukan menangis sedih tapi menangis takut. Dalam kegelapan itu kami duduk bergerombol di koridor gelap itu dan samar-samar terdengar suara hujan. Rupanya diluar hujan deras. Aku benar-benar sangat nyesal waktu itu. kenapa tadi gak langsung pulang aja. Aku juga berpikir sebenarnya ini tempat les atau gedung kosong sih?? Sepi, gelap dan menakutkan.
Dalam keputus asaan kami, tiba-tiba lampu menyala!
Waduh! Ternyata tadi mati lampu. Kami tertawa terbahak-bahak…
“waah kamu habis nangis ya?”, tuduh Lutfi kepada Fadil.
“lha kalo aku nangis kenapa? Kamu juga mukanya basah!”, kata Fadil.
“aduuh aku pengen pipis (kencing)”, kataku. Mario yang berada di sampingku juga kebelet kencing. Di saat seperti itu kami sadar ternyata pintu di dekat kami itu adalah toilet cowok. Alhamdulillah!! Kami pun ngacir masuk kedalam toilet. Toilet itu sangat bersih. Ada 4 bilik di dalamnya, dan cermin besar berbentuk persegi panjang tergantung di dinding di atas westafel yang berlawanan arah dengan bilik-bilik tersebut.
Tanpa berpikir panjang aku ngacir masuk ke bilik pertama, Mario menyusul di bilik kedua. Aku mulai membuka retsletingku dan … kencing. Samar-samar aku mendengar Fadil dan Lutfi ngobrol di luar. Mereka terlihat sangat asik. Tapi tiba-tiba saja Fadil menjerit!!! Dan aku mendengar suara kaki mereka berlari menjauh. Mereka keluar meninggalkanku sama Mario!
Spontan aku membereskan diri dan keluar. Bilik kedua yang berisi Mario pun terbuka. Mario berdiri disana.
“mereka kemana?”, kata Mario.
“gak tau”, kataku, “ayo pergi”.
“sebentar…”.
“ada apa?”.
“kamu dengar gak? Dengar gak!!”, gertak Mario.
“dengar apa?”, kataku bingung.
“sstt!!”. Mario menyuruhku diam. Aku menurut. Dengan sedikit takut aku mencoba mendengar suara yang di maksud Mario. Dan benar saja! Samar-samar aku mendengar suara, suara seorang (atau bukan orang) perempuan terisak. Aku mulai merinding. Mario yang berada disampingku mulai mengambil ancang-ancang untuk lari. Aku benar-benar takut!! (serius lho ini kisah nyata!!). aku pengen nangis, tapi gak tau nangis karena takut atau sedih mendengar suara itu.
“udah ahh, mungkin itu suara cewek yang baru diputuskan pacarnya, aku sering dengar cerita Selvi tentang cewek-cewek yang suka nagis di kamar mandi sekolah”, bisik Mario dengan suaranya yang gemetar (Mario dan Selvi satu sekolah di SMP6 Cirebon). Aku lega. Mudah-mudahan aja itu benar-benar suara cewek, manusia maksudku.
Kami pun memutuskan untuk pergi mencari yang lainnya. Ketika kami keluar dari kamar mandi, Mario memekik, aku terlonjak. Benar-benar kaget.
“kamu ngapain sih? Ngagetin aja!!”, gertakku.
“kamu lihat!”, kata Mario, “inikan kamar mandi cowok! Ngapain tuh cewek di dalam??”.
Aku tersentak. Tanpa banyak bicara aku dan Mario berlari ke arah sebelumnya. Menyusuri koridor dan akhirnya menemukan perempatan yang tadi. Di situ kami menemukan Jafry dan yang lainnya (kecuali Fadil dan Lutfi). Ternyata tadi ketika mendengar suara anak kecil batuk, mereka berlari ke Mushola. Lalu setelah itu aku pun sholat di Mushola dan kami pun pulang kerumah Mario.

Hari les berikutnya…
Kami mendengar cerita Fadil dan Lutfi. Ketika di dalam kamar mandi (menurut cerita mereka_ entah benar atau bohong_), mereka berdua melihat seorang cewek berpiama putih memasuki bilik ke 4, padahal jelas-jelas mereka tidak melihat cewek itu masuk ke toilet, kan mereka berdiri pas di dekat pintu masuk sementara pas kami masuk kesitu, toilet itu kosong.
Dan ketika aku dan Mario keluar dari bilik masing-masing, kami tidak melihat ada cewek baik di bilik 4 maupun bilik 3, kami hanya mendengar suara cewek terisak entah dari mana, yang jelas didalam kamar mandi itu…

NB: kalian mau percaya atau tidak, terserah… !!! yang jelas kisah ini benar-benar terjadi. Ini merupakan pengalaman paling manakutkan dalam hidupku… hiiyyy

Nostalgia part II

XI IPA1 Story...
“Aku : Eh eh inget gak pas pertama masuk XI IPA1 terus upacara?
Acil : Gatau
Aku : Kamu jadi apa Toer?
Catur : Ho’o inget inget!! Aku jadi Pleton 2 terus pake muts. Haha
Aku : terus kita balik kekelas ngambil apa gitu eh malah ketemu pak Rudi ma anak baru. Hehe!
Acil : [Lupa]
Catur : Yup! Aku tau terus dari pelajaran pertama sampai terakhir suruh perkenalan terus. Inget muka mereka lucu banget.”

Cerita selengkapnya seperti ini :
Senin pagi itu merupakan hari pertama masuk sekolah di kelas XI IPA1. Kebetulan kelas kamilah yang bertugas upacara bendera. Kami mulai berkumpul di lapangan mempersiapkan segala sesuatunya. Aku yang pada waktu itu bertugas sebagai penjemput mulai mengingat-ingat tugasku. Sementara XI IPA1 yang hanya bertugas sebagai PS (Paduan Suara) enak-enakan bergurau di sisi lain lapangan. Bzz!
Upacara akan segera di mulai ketika Catur yang bertugas sebagai pleton 2 ribut minta di antar kekelas gara-gara salah bawa topi [harusnya pake muts], untung aja Pak Priyo gak tau. Ya udah deh aku nganter dia kekelas, toh pada waktu itu juga si Acil pinjem topi, ya udah dah sekalian aja. Hehe. Jadi kami bertiga dengan sedikit keburu-buru bergegas kembali kekelas XI IPA1.
Sampai disana kami bertemu dengan Pak Rudi beserta dua orang anak adam yang sebaya dengan kami, sebelumnya kami tidak pernah melihat wajah mereka. Ash! Aku tidak peduli dan langsung masuk saja. Sementara si Catur dan Acil malah ngobrol sama Pak Rudi, gak tau ngomongin apa. Setelah urusan kami selesai. Aku keluar dan Pak Rudi mencegat kami dan menyuruh kami membawa dua anak asing itu seraya berkata; “ini teman baru kalian dari Sulawesi, di ajak upacara ya?”.
“Oh iya pak”, kata Catur.
“eh Dit tar ngambil Kartu Pelajar yuk ma Pak Rudi”, bisik Catur kepadaku sambil melirik sinis kearah Pak Rudi yang sudah menghilang di balik ruang Wakasek untuk bersiap-siap Upacara, sementara si Acil sedang berkenalan dengan dua manusia dari Sulawesi itu.
“Catur, mau kenalan nih”, kata Acil kepada Catur. Aku dan Catur pun berkenalan dengan dua manusia itu. Aku bersalaman dengan manusia pertama yang bermata sipit dan berwajah cina dan berambut landak, sekilas wajahnya culun, malu-malu dan memelas, ketika tangannya menyentuh tanganku rasanya basah, namanya Hafidz. Dan satu manusia lagi bermata sipit juga, tapi tidak berwajah cina, tatapannya kuat dan tegar, model rambutnya mirip-mirip sama model rambut Ayushita, namanya Dhana.
Setelah berkenalan kami bertiga mengajak tuh dua orang manusia dari Sulawesi ke lapangan Upacara… Itulah awal pertemuan kami berlima.
Singkat cerita. Upacara selesai…
Kami berhamburan kembali kekelas masing-masing. Dua anak dari Sulawesi tadi duduk terasing di bangku paling belakang, sekilas aku merasa kasihan sama mereka, tapi apa boleh buat aku juga malu mau kenalan sama mereka. Hehe^^ Peace!!
Akhirnya si Aji alias Baim berinisiatif berkenalan dengan mereka berdua. Setelah itu pelajaran pertama masuk [aku lupa pelajaran apa]. Karena kami males belajar, kami [terutama Aku, Acil, Catur, Aji sama ABK] berteriak-teriak kepada gurunya mempromosikan Hafidz dan Dhana. Hahahah. Itu pertama kalinya mereka di kerjain oleh kami. Karena ulah kami seisi kelas akhirnya menyadari keberadaan mereka berdua dan menyuruh mereka berkenalan di depan kelas. Hahahaha
Hari berikutnya pun sama, jadi selama kurang lebih seminggu kami ngerjain mereka berdua dengan berteriak-teriak like this; “PAK/BU, ANAK BARU PAK/BU!!! KENALAN PAK/BU!!! BELUM KENALAN LHO!!”. Wakakakak…

Itulah awal persahabatan kami, tapi akhir-akhir ini:

1. “Acil : Eh kwe coba ndelok FB ku, nang kotak status FB kae lho
Aku : Kotak apa toh? Aku ra dong. Status?
Acil : Udu status, lha yo status ding, tapi bukan yang di wall. Reti? Sing nang kotak kae lho
Aku : Sek sek… Oh ya ya aku reti, ngopo emang?
Acil : status kotakku isine persahabatan-persahabatan kyo ngono. Coba kwe ndelok FB ku
Aku : Yo mengkeh
Acil : Wah masa kita pisah sih? Berarti cuman tinggal kita berdua?
Catur : Kwe karo Hafidz toh? Alah ya wis ayo mulih-mulih Dit!!
Acil : ???
Aku : Maaf Cil, Catur Cuma bercanda kok”

2. “Catur sama Hafidz lagi musuhan nih ceritanya…
Catur : [membuang muka dari Hafidz]
Aku : kamu sama Hafidz kenapa sih?
Catur : Gak tau!
Aku : Aneh e! aku sering ngejek kamu tapi kita baik-baik aja. Lha sama Hafidz kok malah pie?!
Catur : Lha kamu Cuma ngejek, udah biasa aku. Dia tuh nyebai!! Ra dongan!”

3. “Aku : Fidz, [sensor]!!!
Hafidz : Wii jangan ngaco kau! Kalo gitu kita nanti musuhan!
Aku : Weh weh weh?? Ngopo to yo!! Ra dongan!!
Hafidz : Lha tadi itu?
Aku : Sok tau!”

4. “Aku : Masa XI IPA1 berakhir, persahabatan kita berlima juga berakhir?
Catur : Gak tau! Kok jadi gini? Aku sedih tau!
Acil : Hem jangan menyerah! Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik!
Hafidz : Jadi terharu Dit! Tenang aja Dit, persahabatan kita berlima pasti tak akan pernah berakhir. Aku juga sudah merasakan kok waktu aku tinggalin banyak teman di Toli-toli!
Aku : Plagiat!! Itu kata-kataku tau!!
Hafidz : Hehe
Acil : Jangan pernah membenci seseorang yang sudah menjadi bagian masa lalu mu, karena perpisahan bukanlah sebuah permusuhan, tapi jadikanlah kenangan yang terindah sejak kau bersamanya.
Aku : P*c**ii Sweet…!!! [nyebut merek]
Catur : Ketoke berat pisah sama kamu, Acil ma Hafidz.
Aku : Kok Dhana gak disebut?
Catur : Ho’o po? Ho yo Dhana juga. Hehe. Besok kelas XII kita sekelas gak ya?
Aku : Gak tau, eh tau gak kalian tuh sahabat pertamaku. Teman aku punya, tapi kalo sahabat itu jarang. Hoho
Hafidz : Woke tenang aja, kita tetap bersahabat kok, sampai kapan pun.
Aku, Hafidz, Catur dan Acil : Fiuh!”.

S = Satu
A = Aib
H = Hanya
A = Akan
B = Bersih
A = Apabila sahabat
T = Tidak berkhianat

Nostalgia part I

XI IPA1 Story...
1. “Aku : Pas kelas satu HP ku ilang yang nemuin Catur lho
Catur : [mencibir]
Teman2 : Oh pas jumat kae yo kwe ribut ‘HP ku ilang HP ku ilang’
Aku : Ho’o. Makasih ya Toer!
Catur : Ho jajakke, nek udu aku sing nemuke ilang HP mu dit
Aku : Hadeh! Eh tau gak teman di 4bhe yang pertama kali aku kenal iku si Catur kro Irwan IPS kae lho
Catur : Ho’o!”

Begini kisah selengkapnya :
Karena pagi itu baru nyampe ke Jogja dari Cirebon, maka aku keburu-buru sekolah. Aku minta di anterin supir budeku. Saking keburu-buru sampe-sampe habis mandi pake bajunya di dalam mobil. Hehehe.
Sampai di sekolah ternyata bel sudah berbunyi. Aduh telat. Malu-maluin aja padahal ini hari pertama MOS. Hadeh! Sekolah sudah penuh dengan kakak kelas dan teman-teman baruku yang sudah mulai berbaris di tengah lapangan.
Aku cuek aja lari masuk kedalem. Aduh malu banget sama kakak kelas. Aku kan waktu itu masih pake baju SMP. Hihihi. Waduh kelasku mana nih. Aku bingung dewe ae. Langsunglah aku nimbrung sana sini dan menemukan dua orang manusia yang kelihatannya bingung juga.
Manusia pertama bertubuh kecil jika di bandingkan dengan manusia kedua dan berambut sedikit keriting, kulit hitam dan wajah innocent, dan manusia kedua bertubuh raksasa, kira-kira lima kali manusia pertama, kulit putih, mata redup dan muka khas anak gendut.
Dengan sok-sokan aku ngajak kenalan mereka.
Aku : Hai! Kelasnya dimana?
Manusia 1 : Gak tau
Manusia 2 : kamu telat ya?
Aku : [hanya mengangguk]
Manusia 1 : Irwan, kamu? [sambil menyodorkan tangannya kearahku]
Aku : Aditya
Manusia 2 : Catur
Aku : Apa? Catur?
Manusia 2 : dari SMP mana?
Manusia 1 : [mendukung]
Aku : SMP N 1 Cirebon, kamu?
Manusia 1 & 2 : bla bla bla…
Seseorang mengumumkan sesuatu dan menyuruh kami kembali kekelas kami masing-masing. Aku mendapat petunjuk dari siapa lupa, yang jelas aku di suruh liat namaku di papan pengumuman masuk kelas mana. Dan ternyata aku masuk kelas XC…

2. “Aku : Cil, kok kamu manggil aku Ibox sih? Dulu kan kalo ketemu mesti kamu manggil aku Aditya
Acil : Aditya Wisnu Wardhana
Aku : Lho kok Aditya Wisnu Wardhana
Acil : Iku koncoku, udu kwe!
Aku : ??? [malu]

Begini kisah selengkapnya :
Teater. Aku dulu ikut teater. Ikut Teater tapi cuman sekali ikut latihan. Hehe. Pas pertama kali latihan ketemu tuh sama si Acil, tapi aku gak kenal [Gak tau juga tuh Acil ngapain, padahal kayaknya dia gak ikut Teater]. Kami kenalan tapi aku selalu aja lupa namanya. Kalo ketemu dia di jalan/koridor dia mesti nyapa : “Aditya…”, tapi aku cuman bales : “hehe” sambil senyum, coz lupa jenenge. Hehehe
Sebelum ikut Teater: waktu itu ada acara PORBIS dan tugas hari itu suruh ngumpulin biodata teman-teman dari kelas lain. Aduh aku gak kenal anak-anak kelas lain. Anak-anak XC lainnya mulai keliling kelas pas istirahat dan tuker-tukeran biodata di buku PORBIS mereka. Dari situ aku dapet ide; aku bikin biodataku di sobekan kertas dan di gandain menjadi banyak banget, jadi kalo ada anak yang minta biodataku tak kasih aja tuh kertas, tapi dengan syarat mereka harus menulis biodata mereka di buku PORBISku. Hehe.
Istirahat itu aku ikut teman-teman XC lainnya keliling berburu biodata. Sampailah kekelas XB. Aku masuk bareng Fahmi. Kelas XB sedang sibuk nggarap tugas PORBIS. Aku mulai sok-sokan berpromosi, satu-satu anak XB aku cegat dan ku kasih tuh biodataku dan memaksa mereka mengisi biodata mereka kedalam buku PORBISku.
Sampailah kepada dua orang insan yang sedang duduk sambil sibuk nggarap tugas PORBIS. Insan pertama berwajah gendut dan berbadan sedikit agak gedhe [welah!], wajah berbulu dan rambut agak gondrong, dan insan kedua bertubuh kecil mungil dan berwajah keras.
Aku : Halo minta biodatanya dong
Insan 2 : Oh, nyoh tulis disitu ya
Insan 1 : [sibuk nulis]
Aku : Gak usah ditulis, nih tak kasih biodataku aja, kalian nulis sendiri, hehe
Insan 1 & 2: ???
Aku : Ayo kalian nulis biodata kalian di bukuku.
Insan 1 & 2 : {Rawr-rawr}
Setelah mereka menulis biodata mereka aku ngacir pergi dengan meninggalkan innocentku sama mereka. Hehehe. Setelah di cek nama mereka berdua adalah; insan pertama bernama Ahmad Sutrisno Aji dan yang kedua Aldilla Yusuf Sudiana. Tapi setelahnya aku lupa lagi nama mereka…

Itulah pertama kalinya aku ketemu teman-teman... hehe

NB : Sama sekali tidak ada maksud menjelek-jelekkan kalian

Tulaliiiiitttttt... Zzzz...

Les Story...
Waktu itu hari kedua aku masuk les, kejadiannya setelah istirahat yaitu pas pelajaran bahasa inggris. Sebelumnya Hafidz dan Dhana bilang tentor bahasa inggris itu galak, orangnya tega, suka mempermalukan muridnya, pokoknya killer lah. Aku sama Acil sampai pesimis mau masuk pelajaran bahasa inggris gak ya? akhirnya kami pun memutuskan untuk masuk, lagian udah bayar mahal-mahal kok. Week!
Sampai di depan pintu kelas, kami bimbang untuk masuk, bahkan Alineo (teman les dari SMA3) pun enggan untuk masuk. Sempurnalah deskripsi Toli-Toli (Hafidz dan Dhana)! Akhirnya salah satu dari kami pun (lupa sapa) masuk, yang lain mengikuti termasuk aku. Heah! Sang tentor sudah mulai mengajar. Hanya ada anak-anak cewek di dalam (kecuali tentornya; cowok).
Kami masuk, Alhamdulillah gak di marahin. Aku duduk di dekat Acil dan Hafidz, Dhana dan Alineo duduk di belakang. Kami membahas tentang macam-macam paragraph (thesis dan argumentasi). Kelas berjalan dengan alakadarnya.
Setelah kami tahu watak asli si tentor, kami (khususnya aku) pengen banget mukul Toli-Toli! Dasar! Mana? Katanya killer? Biasa aja tuh, malah konyol mas tentornya. Asik kok orangnya. Tapi tetap saja tegang karena masih kepikiran cerita Toli-Toli tentang si tentor pas istirahat tadi.
Nah, inti cerita ini tentang tulalit. Apa sih maksudnya tulalit?...
Kelas berjalan dengan hening, hanya ada suara hembusan udara AC. Kami sedang sibuk men-copy-paste tulisan sang tentor di papan tulis ke buku kami masing-masing. Sang tentor mondar-mandir gak jelas kedepan-kebelakang.
Tiba-tiba…
Tulaliiiit…
What the fvck? HP_ku lupa di matiin…
Kelas membeku! Dan akulah yang paling beku…
Haduh gawat! Sekarang semua mata tertuju kearahku dengan berbagai ekspresi. Kaget, konyol, bodoh (aku), heran, emosi, hampa, dll. Aku benar-benar merasa bersalah, jelas-jelas dalam peraturannya tertulis; 'jika kelas sudah di mulai HP harap dimatikan'. Lalu Dhana lah yang protes lebih awal. Ia tertawa. Semua anak melirik kearahnya dan mengikutinya. Kelas rame kaya perayaan tahun baru. Semua tertawa. Aku gak berani nengok takut si tentor ada di belakang. Tapi pas aku nengok, oalah! Sang tentor gak ada..
Zzzz…
“hahaha… lowbath!”, celetuk seseorang, tapi aku gak tau sapa yang jelas suaranya cowok.
Heah!!! Benar-benar konyol. Aku terlalu hanyut dalam cerita mereka sehingga hal kecil seperti itu saja membuat keringat dingin ku keluar semua… shit!!
Pelajaran pertama; Janganlah gampang percaya sama Toli-toli (weh?)
Pelajaran kedua; Janganlah terlalu tegang dalam menghadapi masalah apapun...
Pelajaran ketiga; Taatilah aturan
Pelajaran keempat; matikan HP ketika sedang belajar
Pelajaran kelima dan seterusnya; kalian bisa menyimpulkannya sendiri berdasarkan cerita diatas...
Terimakasih banyak atas waktu anda...^^

Ini Kisah Kami Semua

XI IPA1 Story...
Ini merupakan kumpulan kisah-kisah dari Aditya Rahman, Ariani Anugrah Putri, Anisa Azis, Ramadhana Muhammad Efendy, Raden Prabowo Yoga Pratama, Catur Budi Sejati, Rahadian Andre dan Armina Analinta.
• Aditya Rahman “Macettt”
Kisahnya begini: waktu itu aku pulang dari bazar menaiki motor pinjaman. Karena suatu sebab aku pulang lewat Malioboro. Aduuh ternyata Malioboro macet. Karena sudah tidak mungkin untuk balik (baca: Jalan satu arah), jadilah aku dengan susah payah mengarungi Stucks! Ooh!...
Dengan susah payah kumencoba melepaskan diri dari kemacetan. Tapi ditengah-tengah keadaan yang menyebalkan itu tiba-tiba motorku pun ikut macet… What the!!! Bensinnya abis??!! Astaghfirullah hal adzim. Keadaan menjadi tambah bising gara-gara klakson kendaraan di belakangku berbunyi nyaring membuatku dilema. Tiiin tiiin tiiin !!! HELL BOOYY…!!!

• Ariani Anugrah Putri “Gje!”
Kisahnya ada hubungannya sama aku, makannya aku yang nge-post. Hehe. Begini ceritanya: setelah sepeda kesayanganku hilang, aku pergi kesekolah dengan naik bus umum (baca juga: Ku Ampuni Kau, Jogja-Tempel), waktu itu kami (Aku, Hafidz, dan Dhana) pulang sekolah bersama menaiki Jogtem (baca: Jogja-Tempel). Sampai di perempatan pingit, Jogtem kami berhenti karena lampu merah menunjukan tanda yang kendaraan dianjurkan untuk berhenti (baca: warna merah). Disaat seperti itu kami yang sedang duduk di dalam Jogtem spontan melihat kearah kiri, daaan di sana ada Ariani bersama Revonya berhenti juga. Hafidz yang pertama tau. Ia memberitahu kami berdua juga. Dan dari dalam bus kami mencoba memanggil Ari dengan berbagai cara (baca: menyapa). Mulai dari teriak-teriak, sampai nggedor-gedor kaca jendela bus. Tapi tetep aja tuh si Ariani tidak berkutik sama sekali. Sampai-sampai seisi bus geleng-geleng kepala melihat tingkah GJe kami bertiga. Dan ketika kami sudah nyerah si Ariani malah nengok ke bus kami dan menemukan kami bertiga yang sedang melihat kearahnya dengan tampang bodoh. Kemudian ia memperlihatkan bekhelnya ke kami dengan salting (baca: menyeringai)… Bzzz

• Anisa Azis “Misteri Tok-tok-tok!”
Kejadiannya baru kemaren pas praktikum fisika. Kami XI IPA1 praktik ‘Keseimbangan Benda Tegar’, aku bersama ketiga anggota kelompokku lainnya (Aji ‘Baim’, Catur dan Acil) mengerjakan tugas kami dengan damai. Alhamdulillah kelompok kamilah yang pertama kali selesai. Aku lega sekalii… yes!! Kami berempat bersiap-siap untuk pulang. Aku sedang benah-benah ketika mendengar suara aneh… Tok-tok-tok… Ha? Apaan tuh? Aku berusaha mencari sumber suara itu dan menemukan Cahayani sedang khusyu memandang Azis. (???). Mencurigakan bangett nih mereka berdua. Kenapa mereka cuman dua orang ya? Bukannya 1 kelompok harusnya beranggotakan 4 orang? Aku tanya Cahayani dan katanya sebagian anggota kelompoknya sedang sholat. Sialnya akibat bertanya ee e malah di suruh noblos kertas karton mereka. Bzzz… tapi dari sini akhirnya aku tau misteri suara Tok-tok-tok tadi. Ternyata karena mereka berdua gak ada yang kuat noblos tuh kertas karton (baca: Tenaga Cewek) akhirnya azis menggunakan kecerdasannya (hehe), ia menutuk-nutuk kertasnya dengan jarum dan gunting sehingga menimbulkan suara Tok-tok-tok. Hahahahahahahahahaha… dasar tik-tok (baca: Fahmi)

• Ramadhana Muhammad Efendi “Pidato Basa Jawa”
Waktu itu sedang pelajaran Bahasa Jawa. Minggu sebelumnya ada PR suruh bikin Teks Pidato dan hari ini tuh PR harus di bacakan di depan. Adjudan maju lebih dulu… ia membacakan dengan alakadarnya karena ia orang Jogja tulen. Setelah Judan, tibalah giliran Ramadhana. Deg!!! Ia sudah kalang kabut! Bagaimana pula iakan orang Toli-Toli (baca: Sulawesi), tak ada darah Jawa mengalir dalam darahnya. Karena terpaksa atau dipaksa oleh si Hafidz akhirnya ia maju. Sampai di meja guru ia mulai membaca teks pidato bahasa jawanya. Kelas hening. Ketika Ramadhana membaca kalimat pertama semua anak tertawa terbahak-bahak, tidak terkecuali aku. Bahkan Bapaknya juga ketawa. Hahaha. Mungkin karena kesel di ketawain tiba-tiba si Dhana nyeletuk “Sik To!!!”… hahaha, tambah rame lah kelas…


• Raden Prabowo Yoga Pratama “Misterius”
Kami (baca: XI IPA1) sedang duduk lesehan di depan ruang XII IPA3 menunggu bel ujian semester jam kedua berkumandang. Aku, Catur, dan Sofi sedang asyik belajar bersama. Sementara si Bowo teriak-teriak gak jelas bersama Breggy di belakang kami. Kami pura-pura gak tau aja supaya bisa fokus belajar. Beberapa saat kemudian si Lita muncul dan bergabung bersama kami. Ketika kami sedang damai-damainya belajar tiba-tiba si Bowo datang dan duduk di pojokan deket tangga dengan misterius. (???). “kwe ngpo toh Wo?!”, kata Catur. Lita dan Sofi melihat kearah Bowo dengan khawatir, sementara aku pura-pura gak tau. “ng… nganu… aku lagii…”, “lagi opo e Wo?”, kata Lita penasaran. “lagi MULESS!!”… dueengg!!!


• Catur Budi Sejati “Akibat Punya Badan Besar”
Tau kan Catur punya badan yang super besar? Pasti tau. Mengenai badannya yang super besar, aku punya cerita yang menurutku cukup lucu. Begini ceritanya: pagi itu karena ada Pameran Pendidikan, sekolah pun bebas. Kami berlima (Aku,Catur, Acil, Hafidz dan Dhana) berkeliaran di koridor sekolah dengan GJe. Karena kami sudah lelah dengan ke-GJe-an kami, kami memutuskan untuk duduk-duduk di depan kelas XI IPA1. Di sekitar kami duduk, berdiri banyak sekali baligho dari berbagai kampus. Mungkin karena kecerobohan Catur atau kebesaran badan Catur tiba-tiba salah satu Baligho itu oleng dan jatuh. What the!!! Bapak penjaga yang berada di dekat kami langsung mendekat dan memarahi Catur. Hahahahaha…


• Rahadian Andre “Gubrag!”
Hari jumat tiba, seperti biasa kami kelas XI ada PPKS (baca: ), PPKS jam pertama sampai jam kelima berjalan alakadarnya. Tapi giliran jam keenam (baca: PPKS Bahasa Indonesia) gurunya gak ada. Haduh! Pie iki??!! Ya sudahlah toh kami juga seneng. Kelaspun bebas. Anak-anak yang lain pada pergi entah kemana, ada yang pulang, ke kantin, perpus dan sisanya di kelas. Aku lah salah satu yang di kelas. Selain aku yang dikelas ada juga ABK (baca: Agung Bayu Kartiko), Azis, Armina, Acil, Hafidz, Dhana, Catur dan Andre. Mungkin karena nganggur (baca: Damas gak mlebu), jadi si ABK gak ada kerjaan, ia pun memainkan benang yang gak tau asalnya dari mana (menurut Catur ato sapa dari CD-nya Bowo). Benang itu ia tarik dari bangku belakang XI IPA1 sampai ke luar, sehingga orang yang lewat depan XI IPA1 banyak yang tersandung (tidak terkecuali Ibu Budi dan Ibu Agnes).
Tapi lain cerita dengan Acil dkk. Yang diluar pada teriak-teriak marah, yang didalem pada seneng-seneng. Acil dkk malah main loncat tali (kecuali Catur). Mungkin karena kesel ato gak punya temen si Andre malah ngisruh. “sik-sik gentian aku!”, kata Andre. Lalu ia mengambil ancang-ancang dan loncat… tiba-tiba… Gubrag!!! Si Andre nabrak meja… Hahaha…

• Armina Analinta “Bebas…!”
Sombooong !!! itulah kebiasaan baru yang XI IPA1 kumandangkan kepada setiap orang yang sampai sekarang aku gak tau apa sebabnya di katain ‘Sombong’, dan biasanya jawaban untuk kata 'sombong' itu adalah 'bebas...!!!' Memang perbuatan seperti ini tidak terpuji, yeah tapi apalah daya... satu-persatu anak-anak IPA1 mulai terjangkit virus aneh ini. Sampai Lia, Brisha, dan Azis pun terkontaminasi... Haduh. Daaan sekarang malah si Armina yang terkontaminasi...
Begini ceritanya: Waktu itu pelajaran Mr. Rudatan (baca: Bahasa Inggris) di XE. Aku duduk bersama Armina, Sofi, Catur dan Acil dalam satu meja (sesek euy!!). Kami bertiga (Aku, Acil dan Armina) sedang asyik ngobrol, sementara Catur dan Sofi sedang sibuk masing-masing. Si Acil tanpa sengaja menyebut kebiasaan itu ketika sedang berbicara dengan Armina ; "huw! Mina sombong!!". Dan aku kaget ketika mendengar jawaban Armina... "bebaaaasss!!"...

NB : Kisah di atas tanpa ada sebab menjelek-jelekkan teman-teman, hanya hiburan semata. hehe^^

Malam Terasa Sangat Panjang

Pesantren...
Tinggal di pesantren sama sekali bukan cita-citaku. Tapi apa boleh buat. Toh pesantren tempat tinggalku yang punya Budeku, namanya Bude Sofy (orang yang paling tidak peduli sama aku), jadi walaupun ibuku nitipin aku ke Dia, aku sama saja tinggal di kost. Free! Hahaha.
Tapi tetap saja aku di wajibkan ikut ngaji Al-Qur’an dan hafalin dan juga sekolah Madrasah. Dan gak usah panjang lebar dah, kisah ini di mulai saat aku sedang sekolah Madrasah.
Selasa, 21 desember 2009…
Tiba pada pukul 08:15 p.m, bel madrasah menggema. Aku mulai bersiap-siap. Jadwalnya kitab Safinatunnajah yang membahas tentang Fiqh, ustadznya Untadz Maftuh Mubarok. Aku berjalan menyusuri setiap lekuk komplek L alias tempat aku tinggal (khusus santri cowok). Ketika aku melewati kamar mandi aku ingat sesuatu. Ada PR! Aduuh, PR tentang Fiqh suruh nyari masalah tentang Fiqh dalam kehidupan sehari-hari. Aku belum dapat. Tapi Alhamdulillah disaat genting seperti ini, pertolongan pertama muncul. Teman sekamarku, Faruq, muncul dari WC. Aku bahagia. Ia aku begal dan di minta memberikan persoalan Fiqh dalam kehidupan sehari-hari. Dan aku pun dapat.
Sampailah aku di ruang kelas Tsani (kelas dua), wah ternyata aku orang pertama yang datang. Jadilah aku duduk-duduk dulu sambil merenung tentang masalah yang di berikan Faruq (gak penting, coz tar gak ada hubungannya sama cerita ini). Singkat cerita, semua santri kelas Tsani pun berkumpul. Kelas Tsani merupakan kelas dua dari empat kelas Madrasah Salafiah Al-Munawwir, Komplek L. Semua santri di kelas ini anak kuliahan semua. Kecuali tiga murid. Aku, Farid (anak MAN1), dan Kresno. Tapi Farid jarang berangkat karena sakit-sakitan dan pulang ke Kulon Progo. Dan Kresno yang gak sekolah pada malam ini absen. Akulah paling muda sekarang.
Jumlah muridnya 16 orang. Tapi yang hadir pada malam hari ini cuma 10 orang; Eko, Ibnu, Azis, Faiz, Aku, Mukhtar, Fajar, Khasol, Rosyid dan Idzudin --- ketua kelas --- (tersusun menurut tempat duduk kami dari kiri ke kanan). Dan yang tidak berangkat enam; Kresna, Fadri, Farid, Syeful, Syauki dan yang satunya aku lupa namanya.
Pelajaran dimulai dengan membaca Al-Fatihah dan berdoa untuk pengarang kitab. Karena minggu lalu kitabnya sudah di baca, maka hari ini tinggal menerangkan. Dan tibalah sesi menerangkan --- oh iya, hari ini kitab Fiqhnya menerangkan tentang Najis yang bisa suci, Najis, Haid dan Nifas --- (aku berdoa mudah-mudahan Ustadznya lupa PR-nya. Perfect!).
Diawali dengan: sang Ustadz membahas tentang Najis yang bisa di sucikan. Sang Ustadz berkata; “salah satu syaratnya yaitu benda yang berasal dari benda lain/hewan, contohnya singgat atau belatung, singgat dalam apel misalnya. Jika termakan tidak apa-apa. Kecuali jika singgat dalam apel itu dikumpulkan dan dimakan, itu udah beda hukumnya”.
Ha? Aku mulai berimajinasi. Bayangkan mengumpulkan singgat dari apel, dan yang dimakan singgatnya bukan apelnya. Hoek! Jijik. Di saat seperti itu, Rosyid yang duduk di seberangku sendawa (atob). Spontan aku dan Faiz tertawa. Yang lain memandang ke arah kami dengan pandangan mengancam. Ups!
Kelas berlanjut, kali ini memasuki bab Najis. Sang Ustadz berkata; “contoh najis mughaladah (najis berat) itu anjing atau asu, celeng atau babi dan keturunan mereka”. Ha? Disini aku benar-benar gak dong. Lalu Ibnu mengangkat tangan; “maaf Ustadz, keturunannya itu maksudnya apa?”. Sang Ustadz menjawab; “ya misalnya perkawinan antara anjing dan kambing, lha anak mereka itu juga najis, walaupun bentuknya kayak kambing”. Ha? Imajinasiku kembali bekerja. Bayangkan saja anjing kawin sama kambing. Waah keturunannya kayak apa ya? mungkin kambing setengah anjing kaya Griffon atau anjing tapi mengembik. Hehe.
Kelas berlanjut. Ustadznya sama sekali gak bisa rame-in suasana. Kita semua mulai mengantuk. Hingga akhirnya masuk ke bab Haid. Jerejejeng!!!!
Panjang lebar sang Ustadz membacakan segala sesuatu tentang Haid. Seluruh kelas hening, tapi heningnya beda, bukan hening mengantuk tapi hening khusyu memperhatikan. Hingga akhirnya sampai pada sesi ‘penerangan’. Sang Ustadz berkata; “asal mula Haid itu berasal dari Siti Hawa ketika… ”.
“… ketika cinta bertasbih”, welah Idzudin si Pendiam menyanyi. Otomatis karena kelas sepi sementara suaranya lumayan keras. Kelas pun meledak. Tawa menggema, bahkan mengalahkan tawanya kelas Ula (kelas satu) diatas.
“weh, malah ketika cinta bertasbih”, kata Ustadznya, “Haid itu berasal dari getahnya buah Quldi yang di makan Siti Hawa”. Ooh! Semua kelas kembali hening. Hingga akhirnya Ustadznya kembali nerangin; “hewan juga ada yang bisa Haid, kaya Kelinci, Monyet, Unta, kelelawar, kuda, anjing dan satu lagi apa ya? lupa, kalian tahu?”.
Sejenak kelas sepi. Kelas atas bersorak menggila. Sapa toh gurune? Hingga akhirnya trans kami berhasil di taklukkan Ibnu yang kembali menyeletuk; “cicak!”. Sang Ustadz tersenyum, Ibnu dengan ceria memandang kearah kami satu persatu. Hingga akhirnya sang Ustadz terkekeh dan berkata; “kwe wis tau di Haid-i cicak po?”. Kelas meledak tawa. Ibnu mencibir. Hahaha.
Beberapa saat kemudian kelas kembali hening. Sang Ustadz kembali menerangkan tentang Haid. Faiz yang berada di sebelah kiriku mengacungkan tangannya dan berkata; “pak Ustadz, bagaimana cara mengetahui cewek Haid, maksudnya ngetesnya pake apa?”.
“hanya cewek yang tahu!”, desis Mukhtar di samping kananku.
“biasanya ngetesnya pake kapas”, kata Ustadznya. Eko dan Fajar mendesis secara bersamaan. Dan Khasol yang duduk di dekat pintu yang sedari tadi hanya memandang keluar tiba-tiba terkekeh misterius. Kami memandang kearahnya. Ia langsung diam dan memasang wajah innocen.
“perih dong?”, kata Ibnu.
“coba liat”, canda Azis yang berada di samping kanannya seraya melirik ke P**** Ibnu yang tertutup sarung. Otomatis Ibnu menutupi P****-nya dengan kitabnya. Azis tersenyum menggoda.
“sapa yang mau di tes”, kata Ibnu gemetar. “aku juga mau kalo suruh ngetes”.
“ya ngetes dewe-dewe yo! Masa di tes ke nang wong lanang, udu mukhrime!”, kata sang Ustadz. “ya, katanya sih panas”.
“hayoo, kata sapa?”, rayu Azis. Yang lain tertawa. Spontan sang Ustadz salting dan cepat-cepat nyeletuk; “ya kata kitabnya! Ato coba kalian sekali-kali tanya sama cewek e dewe-dewe”.
“???”. Azis bengong. Lalu Idzudin yang berada di seberangnya sekaligus teman sekamernya menimpali “azis belum punya cewek”.
“lha terus tanda-tandanya mau Haid itu gimana?”, kata Azis mengalihkan pembicaraan. Idzudin mencibir di seberang.
“sensitive”, celetuk Faiz di sampingku. “aku udah hafal, biasanya kalau di tanggal muda cewekku sensitive, musti lagi dapet”. Semua melihat kearahnya. Kecuali Rosyid dan Khasol. Rosyid ngantuk dan Khasol sibuk melihat keluar pintu. Kelas di atas kembali bergemuruh.
Sementara mereka menanggapi cerita Faiz tentang ceweknya sang Ustadz kembali menerangkan; “katanya tanda-tanda mau Haid itu mules dan P*y***** mengeras. Dueng! Kelas hening. Semua menatap sang Ustadz. Faiz menggumamkan kata-kata seperti “wuiss!”. Khasol tersadar dari lamunannya dan memandang kearah sang Ustadz. Seluruh kelas; “Ha?”, bahkan Rosyid pun tersadar dari kantuknya dan terbengong-bengong tengok kanan tengok kiri seakan ada CCTV yang mengawasi.
Sang Ustadz kembali berdalih; “sebelum Haid itu rasanya pegal-pegal”. “apanya tuh?”, sela Ibnu bersemangat sekali, aku terkikik geli. “persendianya pegal-pegal. Terus kalau habis Haid biasanya panas… ”, “apanya yang panas?”, sela Khasol bergairah. “mau tau? Seribu dulu!”. Seluruh kelas kembali meledak. “… dan biasanya Haid itu di dasarkan dari faktor makanan. Itu salah satunya” (“fear faktor”, desis Idzudin. Hanya aku dan Allah yang tahu).
“makannya sekali-kali kalian melakukan observasi ke komplek Q (komplek khusus santri wanita di sebelah komplek L)”, saran sang Ustadz. Khasol tersenyum gak jelas.
Selesai sudah bab Haid. Dan sekarang memasuki bab Nifas. Sang Ustadz menjelaskan panjang lebar yang intinya bahwa apabila ada seorang wanita yang sedang Haid sekaligus hamil, dan ketika setelah bersalin masih keluar darah itu termasuk darah Haid, bukan darah Nifas sepenuhnya. Di saat seperti ini Mukhtar beraksi; “Hamil + Haid = Bocor”. Kali ini hanya aku yang tertawa. Semuanya melihat kearahku. Waduh!
Sang Ustadz pun kembali melanjutkan khotbahnya. Aku tengok kanan tengok kiri dan menemukan Mukhtar di sebelah kananku sedang mengupil sembunyi-sembunyi, disebelah kanannya Fajar sedang melamun. Tatapannya kosong.
Faiz bertanya; “Ustadz apabila ada seorang wanita sedang sholat dan keluar darah Haid itu hukumnya gimana?”, (ha? Inikan sudah masuk bab Nifas) sang Ustadz terkekeh dan berkata; “batal euy!”. Mukhtar terkikik di sebelahk. “crott!”, gumamnya.
“ya soal Haid kalian bisa meninjau dari sisi kedokteran juga”, saran sang Ustadz.
“… atau sisi dukun”, imbuh Mukhtar. Semua tertawa termasuk aku.
“oke. Kita sudah masuk bab Nifas kan. Jadi begini… ”.
Siiiiinggg!! Kelas hening. Semua menunggu apa yang akan pak Ustadz katakana. Tatapanku mulai berkeliling ruangan mengawasi aktifitas mereka. Idzudin memainkan kuku kakinya. Rosyid melamun menahan kantuknya sambil memandang permadani dan memilin-milin rambutnya. Khasol senyum-senyum sendiri di dekat pintu.
Fajar sadar dari trans-nya dan sedang sibuk mengelus-elus dagunya yang tanpa jenggot. Mukhtar yang diapit aku dan Fajar sedang sibuk mencungkil jerawatnya. Faiz sedang khusyu memandang sang Ustadz yang super lola!. Azis melenguh ketika aku menatapnya. Ibnu mengipas-ipas dirinya menggunakan kitab. Dan Eko sedang… ngantuk.
Akhirnya sang Ustadz membuka mulutnya dan berkata; “aduuh! Lupa mau ngomong apa”.. prekk!!
Kemudian Mukhtar angkat bicara; “ Ustadz, saya pernah lihat di video-video, sebelum melakukan ‘itu’ sudah keluar air dulu, itu sebenarnya air apa? Madi atau mani?”. Semua anak tertawa. “video apa”, seru Azis didukung sama teman yang lainnya termasuk aku. Dan di saat seperti itu Idzudin menyeletuk; “pelumas itu”. hehe.
Sang Ustadz tersenyum. “itu air madi”.
“kalo pada wanita ada gak?”.
“ada, tapi susah ngeluarinnya, nah, nek wedo wis metuke ‘itu’, berarti wis takhluk”, Fajar, Idzudin dan Rosyid tertawa.
“kalau keputihan itu gimana Ustadz”, kata Idzudn kemudian. Faiz menyeletu; “sari rapet, resik V biar keset”. Aku tertawa, tapi dalam hati, sementara Khasol terang-terangan tertawa terbahak-bahak.
“ustadz kalau begini gimana? Ee, aku punya cerita, begini ada sepasang suami istri. Sang istri Haid lebih dari 15 hari, sementara sang suami ingin melakukan *** itu, tapi karena dalam islam orang yang sedang Haid itu tidak boleh melakukan *** maka sang istri menolak. Nah kalau sang suami gak sabar dan pengen jajan di luar apa yang seharusnya sang istri lakukan?”.
“wah critane dawa, iso ngalahke novel Harry Potter”, kataku untuk pertama kalinya.
“wah, gimana kalau begini”, kata sang Ustadz mengajak berdiskusi. “yang tahu jawabannya gak usah sungkan-sungkan berbagi”.
“boleh menurut saya sih”, celetuk Ibnu. Tapi Mukhtar menimpali dengan pendapat lain; “onani aja, walau pun gag di jepit pake Mrs. F”.
“hus! Mrs V, bukan Mrs F”, kata Ustadznya. Ha?
“kalau begitu di nasehatin aja kalau jajan di luar itu dosa”, kata Ibnu lagi. Idzudin tersenyum setuju. Sang Ustadz menimpali dengan kata-kata yang sepertinya “Perempuan Berkalung Sorban”… aku terkiki gelid an dengan protective Faiz memandang kearahku dengan jahat dan berkata; “kamu tuh masih kecil!”. Otomatis seluruh kelas meledak tertawa. Aku benar-benar malu. Shit!! Aku memandang ke arah Rosyid dan menangkap basah ia yang sedang menggigit kukunya.
“Ustadz kalau ada suami istri melakukan hubungan *** setiap hari atau setiap jam (semua kelas tertawa), itu ada tempatnya enggak di Mrs V-nya?”. Semua tertawa, bahkan Ustadznya pun tertawa terbahak-bahak.
“setiap jam, Nu?”, kata Azis yang duduk si sebelah kanan Ibnu seraya mengelus-elus paha Ibnu dan berkata; “pantesan kurus”. Hahaha… semua kelas ketawa. “ada apa sih?”, kata Fajar super lola. “Pentium berapa kau!”, kata Azis.
“haduw haduw”, lenguh sang Ustadz. “mempelajari tentang Haid dan Nifas itu hukumnya fardu ain bagi perempuan dan fardu kifayah bagi laki-laki. Ada lagi?”.
“bicara tentang darah. Kalau darah malam pertama itu darah apa namanya?”, semua orang yang ada di ruangan itu membeku. Termasuk aku. Waduh, umurku kan baru 16 tahun, berarti aku belum dewasa untuk mendengar yang seperti ini… sang Ustadz diam. Rupanya ia sama terkejutnya dengan kami.
“darah Assalamualaikum”, celetuk Mukhtar tiba-tiba, semua orang melihat ke arahnya dan tertawa terbahak-bahak. Terdengar bel pulang berbunyi dan kelas di atas sudah menyanyikan shalawat perpisahan.
“oke. Penjelasannya cukup sampai disini”, kata sang Ustadz akhirnya. Eko melongo. Kami pun bersiap-siap membenahi barang-barang kami. Dan dengan shalawat perpisahan kami mengakhiri kelas koplo ini dan menuju kamar masing-masing pada pukul 09:30 p.m.
Malam yang sangat panjang dan melelahkan…

NB: Sudah melewati pengeditan berkali-kali dan mendapat sertifikat izin tayang dari MUI...
hehe...

Bagai Kloning

Kisah Lama...
Dimana-mana seorang anak pasti mirip orang tuanya, baik secara fisik maupun secara mental. Tapi aku beda, aku tidak mirip orang tuaku, aku mirip sama pamanku.
Yeah! Aku punya seorang paman. Namanya Ahmad Sultan Mudhophar dan aku biasa memanggilnya Mangton. Dia itu mirip banget sama aku, sumpah! Makannya budeku yang di Jogja juga bingung membedakan kami berdua.
Aneh banget kan? Padahal jelas-jelas umur kami beda jauh, sekitar 10-tahunan. Saking miripnya, setiap orang yang ketemu aku, mereka mengira aku adalah Mangton, dan orang yang bertemu Mangton akan mengira aku (berlaku hanya kepada orang-orang tertentu. Misalnya temannya Mangton atau sebaliknya> Sing pinter pasti dong).
Nah! Mengenai kemiripan kami banyak cerita lucu yang terjadi. Seperti waktu aku pulang kampung ke Cirebon, aku main ke rumah teman di desa tetangga, eh tau gak apa yang terjadi? Aku malah di kejar-kejar suruh bayar utang sama temennya Mangton. Mereka kira aku mangton. Bzz! Kalo untuk fisik emank mirip, tapi untuk mental beda ya.. wakakak.
Nah, kisah ini bercerita tentang kemiripan kami, dan settingnya di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Wakakak. Kebetulan aku di terima di SMA 4, setelah kelempar kesana-kemari, padahal daftarnya di SMA 7. Yaah! Apa boleh buat?
Hari itu Mangton dan Jeem mengantarku ke SMA 4 untuk mendaftar ulang. Ternyata kami datang telat, tapi untung aja belum tutup. Fiuuhh!!
Di ruang kelas XI IPA1 (kelas kesayanganku sekarang) kami disuruh mengisi brosur daftar ulang oleh Ibu Ulin Nuha (waktu itu belum kenal). Selain Ibu Ulin Nuha, di ruangan itu juga ada Pak Panut dan Pak Rudy juga Mba PPL yang mirip Rini Idol (sekarang sih udah gag ada).
Ditengah-tengah mengisi brosur, Jeem izin pulang duluan, katanya sih ada keperluan keluarga (weh? Kami juga keluarganya. Alah! Gag penting). Jadilah tinggal kami berdua. Kami mengisi dengan damai. Di seberang meja kami ada Hario Wicaksono sama keluarganya mengisi brosur juga, tapi aku pura-pura gag tau aja, kan kita belum kenal.
Semua sudah selesai di isi, tinggal satu. What is that? Foto! Yang kurang fotoku…
“dit, kamu bawa foto gag, sini tak tempelin”, kata Mangton.
“ha?”, aku menjawab dengan bingung.
“foto! Fotomu! Kamu bawa gag?!”.
“lha gag tau, tadi gag bilang!”, kataku bingung. Ya iyalah wong tadi gag disuruh bawa foto ogg, oalah aku kih cen dudult!
“jiih! Kamu sih gimana toh?! Ini tuh hari terakhir!”, kata Mangton marah.
“aduuh! Terus gimana??”, … aduuh gawat deeh!!
Setelah itu kami diem. Diem aja gag tau ngapain. Hario di seberang bangku sudah selesai mengisi dan pamitan kepada Ibu Ulin Nuha dkk.
Ditengah-tengah keheningan ruang XI IPA1 tiba-tiba Mangton nyeletuk; “oh, ya wis gag papa”. Glekk! Gag papa apanya??
“gag papa gimana?”, kataku khawatir.
“kan kita mirip”, katanya tiba-tiba.
“terus apa hubungannya?”, kataku loading.
“pake fotoku aja pas SMA”, katanya. What the?? Mirip sih mirip, tapi masa mau pake fotonya Mangton, kalo ketauan piye jal?
Setelah melalui pemikiran yang matang, akhirnya aku setuju menggunakan fotonya Mangton waktu SMA. Bzz…
Begitulah kisahnya…

Kadal yang bisa terbang

XC Story...
AAAAA… Gah… !!!
Kesunyian di ruang perpustakaan siang itu terganggu oleh suara jeritan yang membuat orang pengen ketawa. Tuh suara jeritan familiar banget. Kayanya aku kenal deh. Setelah jeritan itu terdengar berulang-ulang akhirnya seisi perpustakaan penasaran dan keluar, tidak terkecuali aku.
Dan di lapangan tengah kulihat Dito Ary lari-lari gak jelas, sementara itu Hario Wasis dan Rully Syahrul membuntutinya sambil membawa sesuatu yang di bungkus plastik. Lagi ngapain sih mereka.
“eh eh eh kalian tuh lagi ngapain?!!”, kata Ibu Utik yang baru keluar dari perpus karena merasa terganggu.
“ini ini bu… aaa wis toh !! gah aku!”, kata Dito lari-lari menghindar dari Hario dan Rully.
“apa kwi?”, kata Ibu Utik kepada Hario dan Rully.
“nganu bu cuman plastik biasa”, kata Rully innocent.
“ahh ra! Delo!”, kata Ibu Utik.
“itu ada kadalnya bu”, kata Dito.
“kadal apa? Coba delo”, kata Ibu Utik. Heah tuh plastik kini ada dalam genggaman Ibu Utik. Ternyata di dalam plastik itu berisi kadal kecil yang tak berdaya.
“itu udah mati ko bu”, kata Hario.
“ah belum mati bu!”, kata Dito.
“oh, iki kadal sing iso mabur kae yo?”, kata Ibu Utik memandang seksama tuh plastik.
“wii masa kadal bisa mabur?? WAGUUU!!”, kata Dito.
“weh emang cuman manuk thok sing iso mabur?”, kata Ibu Utik gak mau kalah.
“lha manukku ra iso mabur e bu”, imbuh Dito.
“WAGUUU!!”, balas Ibu Utik menirukan gaya Dito saat berkata ‘waguu’
Hahahaha….

Rahasia Raden Prabowo

XC Story...
Siang hari itu XC mapel Ibu Tien Amry alias mapel Sejarah. Kami di beri tugas dan harus mengerjakan di dalam perpustakaan. Senanglah kamiiii!! Hahahaha…
Kami memasuki perpustakaan dengan hati berbunga-bunga; mawar, melati dan kawan-kawan. Hehe. Sampai keperpus kami bukannya mengerjakan tugas seperti yang diperintahkan malah bermain-main. Ada yang bermain komputer, ada yang tiduran, ada yang baca buku juga {tapi bukan buku pelajaran}. Aku ada di posisi baca buku bareng Fahmi, Bowo, Nasir, Heri, Wiby, Bella dan Nurul. Tapi buku yang kami baca adalah buku Ensiklopedi yang 75% isinya adalah gambar berwarna. Sebenarnya kami tidak membaca buku itu, hanya melihat-lihat gambarnya. Hehe^^
Aku melihat-lihat isi buku Ensiklopedi Hewan. Di dalam buku itu berisi berbagai jenis hewan. Mulai dari yang gedhe kaya Dinosaurus sampe yang kecil kaya kutu. Ketika kubuka bab Arthropod tiba-tiba Bowo yang ada disampingku memekik.
“kwe ngopo e Ple’??”, kata Fahmi yang merasa terganggu.
“ra popo”, kata Bowo sambil sesekali bergidig melihat buku yang aku pegang.
???
Dengan perasaan penasaran kusuguhkan tuh buku ke arah Bowo, tiba-tiba ia bangkit sambil menjerit-jerik gak jelas, “Gah! Gah! Gah!”…
“kwe ngopo e Ple’?”, kata teman-teman yang lain.
“wii Yoga takut laba-laba!”, kataku berhasil menyimpulkan.
“sok tau!”, elaknya sambil menjauh dari kami.
“hahaha masa sama gambarnya aja takut”, dukung Bella.
“ash ra reti kwe!”.
“wuu jiri!!!”, kata Heri.
Hahahahaha…

Cerita lain: suatu hari aku tanya sama Bowo; “Yog, kenapa kamu takut sama laba-laba?”…
Bowo ; “wii kwe ra reti sih… hiiy matane serem, berbulu, geli aku”.
Aku ; “alah kucing juga berbulu”
Bowo ; “bulune beda yo!”
Aku ; “emang tadinya kenapa kok bisa takut laba-laba?”
Bowo ; “dulu pas aku kecil, aku liat laba-laba di dalam lemariku gede banget”
Aku ; “terus terus? Kamu di gigit?”
Bowo ; “ya gak lah!”
Aku ; “lha terus kenapa kamu takut?”
Bowo ; “serem tau, matane kwi lho, hiiy…”
Aku ; “masa cuman di liatin laba-laba aja trauma!”
Fahmi ; “wii Gaple’ jiri ogg!!!”
Aku & Fahmi ; “Hahahaha”
Bowo ; “Asemb igg!!”

NB ; Oleh teman-teman, Bowo kadang di panggil Gaple’ kadang di panggil Bowo waktu kelas XC, tapi aku manggilnya Yoga… dan dia terkenal dengan nama Bowo

SMC itu apa sih???

XC Story...
Di SMA Negeri 4 Yogyakarta ada gank yang sudah terkenal di setiap SMA di Yogyakarta. Namanya SMC [Sunday Morning Cartoon]. Tapi aku bukan anggota dari SMC, cuman kisah ini ada hubungannya sama SMC.
Begini kisahnya:
Gank sekolah? Sudah pastilah yang namanya gank di sekolah manapun pasti di larang. Karena menurut mereka yang namanya gank itu identik dengan kenakalan-kenakalan. Tapi menurutku sih gak juga. Tergantung yang bikinnya aja.
Waktu itu kami sedang pelajaran Bahasa Indonesia Ibu Siti Mulyani. Biasa, pelajaran Ibu Siti Mulyani pasti 75% bercerita. Dan topik yang paling senang Ibu Siti ceritakan adalah tentang SMC. Kami waktu itu di ruang Bahasa Indonesia [Sekarang Ruang BK] di suguhkan cerita tentang kenakalan anak SMC. Dan di kelas kami ternyata ada juga anak SMC. What the!! Ahh biasa aja, itu kan urusan mereka.
Kalau Ibu Siti sudah mulai bercerita heninglah kelas XC. Anak-anak XC yang ikut SMC waktu itu sedang Ibu Siti marahin, tidak terkecuali si Rully Syahrul Zuhri. Biasalah tuh anak Very Tough. Ketika sedang di marahin pun tetep ngeyel.
Kelas hening. Ibu Siti berhenti bicara. Tiba-tiba si Rully nyeletuk:
“Bu, Adit juga SMC lho!”, katanya Innocent.
What the!! Aku terkejut. Spontan seluruh isi kelas memandang bergantian dari mulai Rully, Aku sampai Ibu Siti.
Tapi sebelum Ibu Siti berkomentar si Rully kembali nyeletuk: “SMC! Suka Mengaji Club!!!”…
Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahhahahahahahahahahahahahahahahahahahah.
Sontak lah seluruh kelas tertawa… bahkan Ibu Siti pun luluh…
Ya iyalah masa anak kaya aku ikut gank. Rully Rully Rully ada-ada aja.

NB : Suka Mengaji Club (mungkin karena aku tinggal di pesantren)

XC di XA Saat KIR

XC Story...
“Wii tasmu bagus, baru ya??”, kata-kata itu terlontar dari mulut teman-temanku setiap aku datang kesekolah. Kata-kata seperti itu muncul semenjak aku pakai tas baru. Zzz sampai bosan dengernya. Dan kisah ini bercerita tentang tas kesayanganku itu. Hehe
Dulu pas aku kelas XC aku selain ikut ekskul Jurnalistik dan Tonti, ikut juga ekskul KIR [Karya Ilmiah Remaja]. Yeah selain aku, dari kelas XC yang ikut KIR ada Nur Ekha, Yenny Wulandari, Aldilla Nugraheni dan Lala Nurlinda juga. Sementara dari kelas lain, kelas XA ada Mochamad Gani Anggoro Pradigdo, Burhan Bachtiar, Armina Analinta, Erlin Oktavia, Huwaida Nabila dan Desi Santi Pratiwi, kelas XB ada Heru Cokro, dan dari kelas XF ada Aditya Wijaya Dharma dan temennya yang sampai sekarang aku gak tau namanya.
Biasanya KIR kumpul sepulang sekolah pada hari senin di kelas XC. Tapi karena siang itu kelas XC di pakai mentoringnya anak-anak cewek, ya wis jadilah kami anak KIR kumpul di kelas XA. Bzz… waktu itu yang hadir hanya Aku, Ekha, Yenny, Gani, Heru, dan Huwaida.
Kami dengan hati-hati memasuki kelas XA. Lho kenapa harus hati-hati? Soalnya depan kelas XA ada ruanganan yang sedang di rehab dan penuh dengan cat warna ijo [baca: Ruang Agama]. Jangan sampailah tuh cat nempel di tubuh kita. Iihhh…
Kami masuk dan mulai mencari tempat yang PW untuk duduk. Aku duduk dengan Gani di bangku tengah pas di bawah kipas angin (hehe). Heru duduk di depan kami. Dan anak cewek entah posisinya gimana aku lupa. Karena tuh meja kotor, aku berinisiatif untuk membersihkannya dengan sampah. Menuruti insting tanganku menggerayangi laci meja dan menemukan sobekan kertas yang terabaikan. Sialnya tuh kertas penuh dengan cat ijo dari ruang sebelah. Yaikh!! Kenapa nih cat bisa sampai sini??!! Rawr rawr! Mesti kerjaane kelas XA. Dengan pandangan mengancam kupandang Gani sebagai tuan rumah.
Dia tersenyum innocent. Zzzz…
Kertas yang tadinya mau buat bersihin meja malah tambah mengotori meja dengan warna ijo-ijo… hhh
Beberapa saat kemudian datang para kakak kelas. Ada Mas Ardan dan Mas Endro dari kelas XI IPA1 dan juga Ibu Syarifah sebagai Pembina. Yeah ekskul KIR berjalan dengan alakadarnya, walaupun hati ini masih sebel… zzz
Akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu datang juga. Pertemuan pada siang hari itu akhirnya berakhir juga. Aku dan Gani pergi ke tempat parkiran bersama-sama [tapi aku mampir ke tempat wudhu dulu buat bersihin cat di tanganku].
“ih dit tasmu ngopo e?”, kata Ekha yang tiba-tiba aja muncul.
“wii bagus kan, ya aku ngerti! Sampe bosen ndengernya!”.
“weh malah pie”, kata Ekha sambil nahan ketawa.
“apa sih!!”, kataku.
“tasmu kena cat tuh”, kata Yenny yang berada di samping Ekha. Sementara si Ekha malah terkikik marmos. What the!!! Otomatis Romantis ku lepas tasku dan dengan pandangan tak percaya ku pandangi lekat-lekat tasku.
Tasku yang berwarna hitam itu kini penuh dengan warna ijo!!!
Dengan eagle eye, ku pandangi Gani yang masih berada di situ juga…. Rawr rawr!!!!!!!