Salah sangka mode on

Les Story…
Ceritanya kami sedang les biologi disalah satu bimbingan belajar yang terkenal di Yogyakarta, aku duduk paling belakang bersama Alineo, sementara di depanku ada Hafidz, Acil, Dhana dan Dori. Disebelah kanan kami diisi anak-anak cewek. Kelas biologi kali ini diampu oleh Tentor cowok, dan kami membahas tentang Respirasi.
Sang Tentor menjelaskan tentang bagaimana otot ketika sedang relaksasi dan kontraksi…
“oke adek-adek, otot itu ketika sedang relaksasi akan memanjang,” jelasnya. Kami hanya manggut-manggut manut mendengar penjelasannya.
“lha kalo otot dalam keadaan kontraksi itu bagaimana?,” lanjutnya sambil berusaha membuat kami menjawab.
“… akan memanjang!,” ceplosku innocent. Sontak seluruh anak tertawa. Aku benar-benar gak ngerti kenapa mereka bisa tertawa, padahal kayaknya gak ada yang lucu deh.
Lalu sang Tentor bicara lagi; “salah [sambil menahan tawa], otot itu kalo sedang kontraksi ya memendek toh, kalo memanjang itu tandanya sedang dalam keadaan relaksasi!”.
Aku dong! Cuma sekarang yang bikin aku bingung kenapa mereka bisa tertawa mendengar jawabanku yang salah?
Akhirnya si Alineo menjelaskan, jawabanku tadi saru katanya. Bayangkan aja, pada umumnya kan otot itu kalo sedang kontraksi pasti memendek, dan jika dalam keadaan relaksasi itu sebaliknya (lihat otot pada lengan kita), Cuma ada satu otot yang memanjang dalam keadaan kontraksi dan memendek dalam keadaan relaksasi [sebaliknya], coba kalian tebak otot apakah itu???

NB : Anak cowok harusnya tau!

Tulalit versi 2

XI IPA1 Story…
Istirahat sudah hampir selesai, tapi guru fisika (baca: Ibu Budi), belum juga masuk. Maka untuk mengisi kekosongan yang membosankan, Ramadhana Muhammad Efendi (baca: Dhana) meminjam HPku untuk ngegame.
Ketika sedang asyik ngegame, Ibu Budi masuk kelas, spontanlah ia berhenti ngegame dan memasukkan HPku ke laci mejanya.
Kelas berlangsung alakadarnya…
Ketika Ibu Budi sedang mengerjakan contoh soal di papan tulis, tiba-tiba terdengar suara Tone dari laci Dhana. Tone yang sangat keras itu membuat Dhana terkejut. Bukan hanya dia, seluruh anak dan Ibu Budi pun terkejut, semuanya langsung melihat kearah Dhana. Dhana pucat, dengan malu ia keluarkan HPku dari dalam lacinya dan menyerahkannya kepadaku sambil berkata; “ini HPnya Ibox, bukan HPku!”.

Hanya kalian yang membuatku tersenyum

XC Story…
“waah tadi hebat e Dit!,” kata Brilly ketika istirahat pertama berlangsung.
“terimakasih,” jawabku senang.
Back…! Back…! Back…!
15 menit yang lalu, aku yang minggu kemaren disuruh bikin cerita rakyat yang beredar disekitar tempat tinggalku sama Ibu Siti, telah berdiri didepan kelas, seluruh mata anak XC memandang kearahku. Ibu Siti tidak bisa berkedip menunggu apa yang akan aku ceritakan kepada mereka.
Aku mulai bercerita tentang sejarah berdirinya Pindok Pesantren Al-Munawwir di Krapyak dan asal mula nama jalan Ali-Maksum di Krapyak.
Ketika sedang asik bercerita didepan kelas, tiba-tiba aku lupa apa lanjutan ceritanya setelah KH. Ali Maksum pulang dari Mesir [karena waktu itu memang di suruh menghafal ceritanya, sementara cerita rakyat yang aku bacakan tidak begitu terkenal, sehingga aku tidak tahu apa yang harus kukatakan].
Semua yang ada di kelas XC menunggu lanjutan kisahku, sementara aku hanya berdiri terpaku didepan kelas sambil berpikir apa yang akan ku ceritakan selanjutnya…
Lalu terlintas di benakku tentang jalan KH. Ali Maksum, langsung saja aku bilang; “lalu jadilah jalan KH. Ali Maksum!” [sambil melakukan gerakan yang menggambarkan sebuah jalanan].
Semua anak bertepuk riang gembira, membuat keriangat dinginku kembali menjadi keringat yang alakadarnya.
“hebat!,” kata Brilly. “dapat 100 itu Bu!”.
Sementara Ibu Siti hanya tersenyum.
Aku kembali duduk dan mendengar Ibu Siti mengumumkan hasil nilaiku, dan ternyata aku mendapat nilai 85. Alhamdulillah, walaupun tidak mendapat nilai seratus tapi aku sangat senang karena mendapat sambutan dan tepuk tangan yang meriah dari teman-teman sekelasku. I love you XC!

An Accident

XC Story…
Keterima di SMA N 4 Yogyakarta sangatlah membuatku tidak bisa berhenti bersyukur, kalian tahu? Impianku sejak kecil adalah bersekolah di SMA di Yogyakarta. Syukur selalu ku panjatkan kehadirat Allah SWT [dadi kaya pidato].
Karena rasa senang dan terimakasih yang sangat besar kepada orang tuaku, aku jadi ikhlas walaupun hanya dibelikan sepeda ontel untuk dikendarai ketika pergi kesekolah, dan kisah ini bercerita tentang sepeda ontel kesayanganku…
Pagi itu seperti biasa aku pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda onthelku [hari ke4 sekolah]. Singkat cerita, aku sudah sampai dijalan Magelang dan segera menuju gapura SMA N 4 Yogyakarta, aku yang sebelumnya bersepeda di pinggir sebelah kiri jalan mulai menyebrang [karena memang gapura SMA N 4 ada di sebelah kanan jalan]. Akibat tidak hari-hati, sebuah mobil van berkecepatan tinggi menabrakku dan sepedaku.
Aku terseret dengan kakiku masuk kedalam jeruji depan sepedaku sejauh 5meter, setelah sang supir van menyadari keberadaanku, beliau langsung menghentikan van-nya dan mengecek keadaanku. Aku langsng dibawa ketepi jalan oleh sang supir dan beberapa warga sekitar. Dalam keadaan yang was-was aku menahan sakit dikakiku akibat masuk kedalam jeruji. Tapi waktu itu aku masih bisa jalan, hanya saja sepedaku sudah tidak berbentuk sepeda. Lalu dengan ikhlas, sang supir membawakan sepedaku ke bengkel, sementara aku diantar kesekolah oleh Pak Peter [guru SMA N 4 yang kebetulan ada di TKP].
Sore hari ketika aku sudah akan pulang, sepedaku sudah menantiku di depan gerbang SMA N 4 Yogyakarta dalam keadaan seperti semula, terimakasih ya Allah!

Kisah tentang Sepeda Motor

XI IPA1 Story…
[Bowo dan Catur]
Waktu itu kami, XI IPA1 sedang istirahat di depan kelas, duduk-duduk memandang motor diparkiran. Bowo yang sedang duduk bareng Ariani sedang memandang lekat-lakat motor Vixion kesayangannya. Catur yang pada waktu itu sedang duduk disebelahnya nyeletuk; “wuss! Motormu dadi GR kwe ndeloki ae [wuss! Motormu jadi GR kamu liatin aja]”.
“ben, daripodo motormu! [biarin, daripada motormu!]”.
“emang motorku ngopo?”.
“kwe nek numpak motormu ketoke kyo jin lampu numpak sajadah mabur! [kamu kalo naik motormu keliatannya kayak jin lampu naik sajadah terbang!]”.
Ckakakakakak…

[aku dan Hafidz]
Kami berdua sedang berjalan-jalan ria dimalam minggu, cuci mata gitu dimalioboro. Hehe. Aku menaiki sebuah motor butut [tidak boleh sebut merek] sambil membonceng Hafidz.
Kami berhenti disebuah lampu merah. Aku ngobrol dulu bersama Hafidz sambil menunggu lampu merah berubah jadi hijau. Lalu tanpa kami sadari, saking enaknya ngobrol ternyata lampunya sudah hijau, makannya dari tadi kendaraan dibelakangku tuun tuun melulu. Dan karena kalap akibat bunyi klakson pengendara lain, akhirnya aku yang lupa mengurang gigi motor menjadi 2 langsung tancap gas, akibatnya matarku terbang, menculat! Untung saja kami tidak jatuh. Hahahaha…

[Hafidz, Acil, Dhana, dan Aku]
Another story!
Kami berempat sedang jalan-jalan keliling Jogja ditengah malam. Aku boncengan sama Hafidz dan Dhana boncengan sama Acil. Aku yang memimpin perjalanan. Kami telah sampai di sebuah lampu merah. Aku berhenti dan Dhana pun ikut berhenti. Karena sudah malam maka lampu merahpun sepi banget. Akhirnya karena gak ada kendaraan yang lewat dari jalan lainnya, aku langsung nerobos lampu merah, Dhana juga ikut-ikutan. Aku langsung tancap gas takut-takut ada polisi yang ngikutin.
Setelah cukup jauh dari tuh lampu merah aku melambatkan laju motorku, lalu tiba-tiba ada sebuah motor mendekatiku, orang diatas motor itu berkata; “mas, mas menepi mas! Anda kena tilang!”.
Otomatis aku langsung tancap gas tanpa memandang tuh orang yang ada di atas motornya. Hafidz yang aku boncengpun ikut berteriak-teriak; “ayo Dit, lebih cepat lagi!”.
Aku tancap gas semakin cepat. dan ketika aku melihat kearah spion ku, ternyata dibelakangku tidak ada siapa-siapa, hanya ada Dhana dan Acil. What the!!! Jadi ternyata merekalah yang pura-pura jadi polisi! Asem!

Pelajaran pertama: Jika badan anda super besar, janganlah naik motor yang mini [seperti bebek], karena selain motornya kasian, anda juga kasian coz bakal di ejek temen-temen terus. Hehehe
Pelajaran kedua: jika sedang mengendarai sepeda motor janganlah mengobrol atau ngerumpi, atau bahkan ngegosip! Karena nanti malah di timpuk pake tae kebo sama pengendara lain. Hohoho
Pelajaran ketiga: taatilah lalu lintas, dan dalam mengendarai kendaraan seperti sepeda motor lengkapilah surat-suratnya [seperti SIM, STNK dll], karena jika anda melengkapi surat-surat kendaraan anda dan mentaati peraturan lalu lintas, insya Allah anda tidak akan di kerjain teman anda. Hahahaha

Grogi Vs. Ngarep!

XII IPA3 Story…
Waktu istirahat biasa digunakan Catur untuk pergi ketoilet, setelah pergi ketoilet ia kembali kekelas XII IPA3 dan segera berjalan menuju kebangkunya, ketika sedang berjalan menuju bangkunya ia ditilang oleh Rafika.
“eh Catur, kamu kok hari ini cakep banget deh,” katanya kepada Catur. Catur yang bingung tidak memperdulikannya. Ia hanya berjalan saja sambil salting melihat si Rafika yang mengkedip-kedipkan matanya genit, akibatnya tuh Catur yang badannya super gemuk nabrak meja. Rafika dan kawan-kawan tertawa terbahak-bahak.
“huh!,” lenguh Catur.
“oke Catur, kamu kan cakep jadi aku bayarin kasnya ya, makasih,” kata Rafika tanpa dosa.
“we ee e, enak aja! Sakit tau!”.
Pelajaran pertama: jangan mudah tergoda oleh rayuan manis dari mulut cewek
Pelajaran kedua: Nghem! Kalo jalan tuh liat-liat!

Eno dan Ibu Utik

XII IPA3 Story…
Waktu itu Eno [Retno Intan Pratiwi] duduk sendirian di bangku paling belakang, karena si Chairanisa duduk bersama Hanan di bangku di depannya.
Karena aku iba melihat dia duduk sendiri aku mulai menggodanya [hehe]
“waw, Eno duduknya sendirian,” kataku.
Eno langsung menengok kearahku dan tersenyum. Dan seperti biasa kalo aku lagi ngomong sama Eno, si Catur langsung ikut nimbrung.
“Eno, Eno, ayo mie ayam! PJ, PJ!,” [haduuh! Topike ra penting tur ra jelas!].
Terus setelah si Catur selesai dengan topik ‘mie ayam’nya, dia langsung ganti topik.
“woo Eno pake sepatunya gak hitam! Hari ini kan hari senen!,” katanya menghakimi sendiri.
“weh enak aja, wah kamu gak bisa liat ya? sepatu hitam gini kok dibilang gak hitam,”.
“ya kan ada putihnya,”.
“tapi kan gak dominan!,” elak Eno.
“tetep aja ada putihnya!,”.
“ya terserah aku dong,” belanya. “eh kemaren aku dimarahin Ibu Utik lho”.
“ha? Kenapa?,” kata Catur. Aku juga ikut mencuri dengar karena penasaran.
“soalnya aku pake baju lengan panjang, rok panjang tapi gak pake kerudung, hehe,”. Dueengg!! Yaiyalah pasti dimarahin! Orang pake rok panjang kok gak pake kerudung.
“welah! Ya pasti dimarahin lah!,” kata Catur maklum dengan kepolosan Eno.
“weh kenapa pas dimarahin Ibu Utik gak bilang ‘ya terserah aku dong!’?,” kataku. “pasti kamu gak jadi dimarahin”.
“waguu!!”.

Pelajaran pertama: kalo lagi berlangsung KBM itu gak boleh ngobrol sendiri! [heho]
Pelajaran kedua: hei hari senin itu pake sepatu hitam!
Pelajaran ketiga: jangan seenaknya nimbrung sama forum orang lain tanpa ada izin dahulu
Pelajaran keempat: kalo pake baju dan rok panjang itu harus pake kerudung!
Pelajaran kelima: gak usah waguu ah!

Ariel Cut Tari

XII IPA3 Story…
Pagi ini hari senin, sebelumnya sudah diumumkan kalau hari senin sekarang tidak ada upacara, lha sebagai gantinya akan diisi penyuluhan dari walikelas masing-masing. Jadilah pagi itu kelas XII IPA3 diisi penyuluhan dari Ibu An sebagai walikelasnya.
Ketika sedang asik bersharing tiba-tiba Ibu An nyeletuk;
“hei, anak-anak katanya nanti siang mau ada razia lho,”.
“razia apa?,” spontanlah seluruh anak mulai bertanya-tanya.
“razia wong elek!,” gumam Heri tapi sayang gak ada yang peduli. Wkwk
“razia HP…,” belum selesai Ibu An ngomong, anak-anak lain sudah berebut menyimpulkan dan menuduh siapa-siapa saja yang di HPnya terdapat Video Porno.
“waahh sapa kwi sing nang HP e ono Video ~nghm~ e?,” kata Ridwan.
“iya anak-anak, kan sekarang sedang marak tentang video Ariel, Luna dan Cut, Cut sapa itu namanya?,”
“Cut Nyak Dien!,” teriak Andika innocent, sontaklah semua anak meledak tertawa.
“waah Breggy!,” kata Bowo setelah anak-anak lain berhenti tertawa.
Spontan Catur dan Aku pun berkata sama; “BREGGY!!”.
Mengapa??
Jadi begini ceritanya…
Beberapa hari sebelumnya, kelas XII IPA3 kedatangan tamu dari kelas XII IPA2, mereka adalah Evidjah dan Khoirullita. Setelah mereka ngisruh sana-sini akhirnya mereka berhasil merebut HP Breggy yang baru beli beberapa minggu yang lalu.
Tanpa sepengetahuan Breggy, Evi cs membuka-buka seluruh isi HPnya hingga tiba-tiba mereka menjerit, sontaklah semua siswa yang ada didalam kelas jadi penasaran. Apa yang mereka lihat didalam HP Breggy?
Bowo dengan rasa penasarannya yang besar langsung merebut HP Breggy dan melihat apa yang baru dilihat para cewek itu, daan ternyata mereka melihat Video Tiga Artis Ngetop Itu… waaahh!!

Mr. Treasurer

XII IPA3 Story…
Kalo ada yang tanya siapa orang paling kaya di XII IPA3, jawabannya adalah si Catur. Selain kaya akan lemak dan makan enak, anak cowok dengan postur tubuh bak bola basket ini kaya juga akan uang. Bagaimana tidak? Dia adalah Mr. Treasurer! You know Mr. Treasurer? Nek boso jawane kwi bendahara ndu!
Yap! Dia bendahara kelas XII IPA3, sekitar 5x24 jam yang lalu, ia resmi menjadi bendahara kelas XII IPA3 didampingi Nyonya Endah sebagai wakilnya.
Ternyata sodara-sodara, Mr. Catur ini selain keberatan berat badan, ia juga keberatan untuk jadi bendahara kelas. Hahahah tapi apalah daya? Voting telah menunjukkan dialah yang jadi bendahara. Udah jalanin aja daahh, keren kok. Hehe
Hari kedua menjadi bendahara adalah hari yang sangat menentukan kinerjanya…
Jadi begini ceritanya:
Tadi pagi sekitar pukul setengah 9, kelas yang baru berjalan tiga hari ini dimasuki Ibu Endang, karena memang waktu itu pelajarannya Ibu Endang. Hehe. Karena ada suatu keperluan, akhirnya ibu Endang cuman menitipkan pesan kepada Ariani yang notabennya sebagai sekretaris untuk mendiktekan puisi kepada para pemirsa. Karena suatu sebab yang membuat Bowo kecewa akhirnya jatulah keputusan bahwa kertas puisi yang seharusnya di diktekan itu malah disuruh di gandain (baca: potokopi).
Derededeng…! Spontan seluruh siswa kelas XII IPA3 menunjuk Catur untuk bertanggung jawab menggandakan kertas itu menjadi 31. What the!! Catur yang didompetnya hanya berjumlah mie ayam 2 mangkok, es teh 3gelas, dan cireng 1lusin itu (hanya?) mulai mengkeret.
“weh, apa-apaan kwi!? yo kene nek arep di ftocopy, kwe do bayar!,” katanya.
“iyo-iyo mengkeh tak ganti, kwi nganggo duitmu sikek!,” salah seorang nyeletuk.
“ora iso!,” kata Catur keberatan, “Ndah! Pie?”.
Endah hanya senyum-senyum gak jelas.
“pie Ndah? Urunan piro?,” katanya kepada Endah.
Akhirnya setelah bernego-nego, sepakatlah kalo urunan 1000 untuk 2 orang. Mulailah Catur mengumumkan di depan kelas.
“whoe! 1000 wong 2 yo,” katanya di depan kelas.
“weh ra iso!, 500 wong 5, dadi 1000 wong 10!,” protes Heri.
“gah! Pokoke manut ae kro aku toh!,” gertaknya. Heri langsung mengkeret.
“kene Breg kwe bayar!,” tagihnya kepada Breggy yang duduk di sebelah Heri.
“nyoh!,” Breggy memberikan uang 500 rupiah.
“iku wong 2 yo,” kata Heri.
“asem!,”. Breggy tertawa dengan tawanya yang khas.
“wis ngene ae!,” gertak Catur kepada seluruh siswa dikelas XII IPA3 seraya menggebrak meja Rafika, sehingga membuat Yenny yang berada di sampingnya tersntak kaget. “fotocopy 1kertas 200rupiah, dadi 2 kertas 400 rupiah!”.
“weh ora!, fotocopy 1 kertas itu 150rupiah,” kata Arga yang ikut-ikutan naik pitam.
“ora yo!,” timbrung TJ. “fotocopy kih 1 kertas 125rupiah!”.
“100rupiah,” kata Andika disambut anggukan setuju Heri.
“wis ngene ae!,” kata Ariani yang sudah selesai menagih sebagian anak-anak lain. “1000rupiah 2orang, dapet 4kertas, jadi nanti sisa uangnya buat kas kelas”.
“setuju!,” teriak Catur.
“weh raiso!”, kata Heri.
“wis toh!,” gertak Fahmi yang merasa terganggu.
“wis manut ae!,” kata Catur.
“gah!,” celetuk Breggy.
“ngene ae wis,” kata Putria yang rupanya sudah bosan mendengar perseteruan mereka. “sing ora mbayar ora di ke’I kertas fotocopyan!”.
Ahaa!! Aku setuju kalo gitu, aku benar-benar setuju dengan usul Putria. Maka, Catur yang rupanya setuju juga mulai meninggalkan Breggy dan berembuk ria dengan Endah dan Ariani.
“eh aku fotocopy,” kata Heri dan Breggy.
“fotocopy dewek ae!,” kata Catur.
“hehehe tadi bercanda, nih uangnya,” kata Heri seraya memberikan uang 1000rupiah kepada Catur.
Hahahahhaaha benar-benar hari yang melelahkan… (Catur mode: on)

Profil XII IPA3 :

01. Mohammad Aditya Rahman (Adit/Dity/Patrick/Wedhus/Singa)
- Dari Cirebon
- Bekacamata
- Dulu kelas XC dan XI IPA1
- Anak Tonti, Jurnal, Rohis, KIR dan Teater
02. Muhammad Fahmi Alfian (Fahmi/Tiktok)
- Baik, Pinter
- Bintang kelas
- Pendiam
- Berkacamata
- Ketua kelas
- Dulu kelas XC dan XI IPA3
- Anak Jurnal dan Tonti
03. Mohammad Ridwan Husni (Ridwan/Kuda/TJ/Tejoo/Kudaguu/Tejos/Ultras)
- Baik, Pinter
- Jail dan nyebai
- Dulu kelas XC dan XI IPA4
- Anak Tonti
04. Nungki Adi Nugroho (Nungki/Oki/Nunung)
- Baik, Pinter
- Lucu dan suka menyanyi
- Dulu kelas XC dan XI IPA1
- Anak Patrock Band
05. Nurul Aeni Rusdia Sari (Nurul/Dagu/Nurul Mustofa/Mbak Gentho)
- Baik, Pinter
- Tomboy
- Suka ngajak berantem
- Berani
- Dulu kelas XC dan XI IPA4
- Anak Teater
06. Raden Prabowo Yoga Pratama (Bowo/Yoga/Wowox/Gaple')
- baik, Pinter
- Lucu aneh dkk
- Badan berisi
- Parasitnya tiktok
- Phobia Laba-laba
- Pacarnya Ariani
- Wakil ketua
- Dulu kelas XC dan XI IPA1
- Anak Sepak Bola
07. Rafika Febriani (Fika/Rafiq/Fixson [Fika bison]/Fikachu)
- Baik, Pinter
- Rajin beribadah
- Dulu kelas XC dan XI IPA5
- Anak Rohis, Tonti dan PMR
08. Tri Heri Setyawan (Heri/Ketel)
- Baik, Pinter
- Item manis
- Dulu kelas XC dan XI IPA3
- Cerewet, nyebai tenan
09. Wahyu Kurnia Sari (Nia/Nichan)
- Baik, Pinter
- Dulu kelas XC dan XI IPA2
- Anak Bahasa Jepang dan Tonti
10. Widia Ningrum Utami (Arum/Arumy)
- Baik, Pinter
- Badan lumayan berisi
- Berkacamata
- Sekretaris kelas
- Dulu kelas XC dan XI IPA1
- Anak PMR dan Bahasa Jepang
11. Yenny Wulandari (Yenny/Mbak Yeyen)
- Baik, Pinter banget
- Bintang Kelas
- Pendiem
- Anak Jurnal dan KIR
12. 12. Agung Bayu Kartiko [ABK/Agung/Bayu]
- Baik, Pinter
- Pendiam
- Pokemon sejati
- Penjual pulsa di kelas
- Dulu warga XD dan XI IPA1
13. Agung Suryo Sundoro [Agung/ASu/A-eS]
- Baik, Pintar
- Pendiem
- Dulu anak XD dan XI IPA2
14. Andhika Anggiriawan Saputra [Andhika/And]
- Baik, Pintar
- Suka ngelantur [ngelamun]
- Tadinya pake kacamata, tapi sekarang pake softlens
- Dulu kelas XD dan XI IPA4
15. Ariani Anugrah Putri [Ari]
- Baik, Pinter
- Berwajah China
- Berbekhel
- Kalem, rajin dan pendiem
- Pacarnya Bowo
- Dulu warga XD dan XI IPA1
- Anak Tonti dan Paduan Suara
16. Breggy Firosi [Gix/Breggy/Breggingan]
- Baik, Pinter
- Lucu banget
- Suka nyeletuk dan ketawanya khas
- Aneh
- Kadang suka hilang dari transnya [melongo gak jelas]
- Dulu warga XD
- Anak KIR
17. Chairannisa Rachmadina Manik [Nisa]
- Baik, Pintar
- Tidak malu bertanya
- Teman dekatnya Eno
- Kalo ketawa bikin orang lain pengen ketawa
- Aktif dikelas
- Di gosipkan sama Pak Purwanto
- Dulu anak XD dan XI IPA3
18. Dea Puji Ninianita [Dea/Syeh Puji]
- Baik, Pintar
- Anak PMR
- Dulu anak XD dan XI IPA
19. Endah Karuniawati [Endah/Endah Goreng/Endah Gaga]
- Baik, Pinter
- Lucu dan aneh
- Mudah jatuh cinta
- Kalo ketawa lebay, over dan bikin orang ketawa
- Di jodohin sama Gaga
- Dulu anak XD dan XI IPA1
- Anak PMR dan Paduan Suara
20. Gaga Chandra Pradipta [Gaga/Angga/Pangat]
- Baik, Pintar
- Agak sedikit gendut
- Di jodohin sama Endah
- Suka yang aneh-aneh [coba deh buka www.wombre.co.cc]
- Dulu anak XD dan XI IPA
21. Hanan Adhwani [Hanan/Kiri]
- Baik, Pintar
- Teman dekatnya Eno
- Perawakan gemuk gempal dan nggemesin
- Kalo ketawa bikin orang emosi
- Dulu anak XD dan XI IPA
22. Ita Suratiyanti [Ita/Ita 3x]
- Baik, Pintar
- Pendiam dan tidak terkenal dikelas [hehe peace]
- Dulu anak XD dan XI IPA
23. Jellita Alviolina Nurtian [Jellita/Jelly/Kodon/Panda]
- Baik, Pintar
- Perawakan gempal, gendut; nek liat dia jadi pengen nyubit
- Dijodoh-jodohin sama Temon
- Dulu anak XD dan XI IPA5
24. Johan Pradana Rofa [Johan=Jodoh ditangan Tuhan]
- Baik, Pintar
- Pendiem
- Keberadaannya tidak diakui kelas [hoho]
- Dulu anak XD dan XI IPA2
25. Muhammad Arga Prabowo [Arga/Gap]
- Baik, Pintar
- Suka nggodain Catur
- Perawakan kurus tinggi menjulang [koyo tiang listrik]
- Pacarnya Iken [Sepupunya Catur]
- Dulu anak XD dan XI IPA
26. Muhammad Catur Budi Sejati [Catur/Toer/Gembrot/Gendut/Bendahara/Udik/Sapi/Alay/Bernard/Tommy]
- Baik, Pinter
- Gendut
- Lucu
- Suka gak jelas
- Mudah marah tapi cepet reda kalau marah
- Bersuara lembut
- Sering ngucapin kata-kata 'Somboong! dan anak-anak lain jawabnya 'bebaas!!'
- Dulu warga XD dan XI IPA1
- Anak Badminton
27. Putria Ari Susanti [Putria]
- Baik, Pintar
- Berwajah galak
- Berperawakan kecil mungil
- Dulu anak XD dan XI IPA4
28. Retno Intan Pratiwi [Eno/Tembem/PJ]
- Baik, Pintar
- Pendiem
- Cantik
- Berwajah cina
- Suka digodain banyak cowok
- Dulu anak XD dan XI IPA
29. Ridwan Yuni Purwanto [Ridwan/Yuyun/Temon]
- Baik, Pintar
- Suka gak jelas [aneh pokokmen]
- Suka ngegodain Eno
- Dulu kelas XD dan XI IPA
30. Sembodo Noviandaru Suhana [Sembod/Icha]
- Baik, Pintar
- Suka di jahilin teman-teman dikelas
- Pacarnya Faisya Ayu
- Dulu kelas XD dan XI IPA3
31. Septi Nurwida Handayani [Septi/Revalina S Temat]
- Baik, Pintar
- Dulu pacarnya Nasir
- Asik orangnya
- Gayanya berkerudung mirip Revalina Sayuti Temat dalam film Perempuan Berkalung Sorban
- Dulu kelas XD dan XI IPA5
32. Sofiatul Laeliyah [Sovi/Soft**x/Softdrink]
- Baik, Pendiem
- Sangat bersemangat menuntut ilmu
- Dari Cirebon
- Berperawakan kecil mungil
- Sekilas mirip bintang film yang jadi Anna Althafunnisa dalam film Ketika Cinta Bertasbih
- Dulu kelas XD dan XI IPA1


NB : Terimaasih. Tidak ada maksud menjelek-jelekkan kalian teman-teman ^^

Hari yang aneh!

XI IPA1 Story…
“katanya mau belajar bareng? Gimana kalo setiap hari minggu aja? Thx”, sms seperti itu aku kirim ke tiga sahabatku, Catur, Hafidz dan Acil. Beberapa saat kemudian dua dari tiga sahabatku itu kirim sms balik seperti ini; “Terserah, dimana ajah kapan ajah ayuk. Haha oke sob!”, itu dari Catur, beda lagi dari Hafidz; “Woke! Minggu ini aja secepatnya, di rumah Catur”. Fix lah rencana kita. Hari minggu di rumah Catur jam 10-an. Lagian kata Catur hari minggu tanggal 14 maret juga ada acara makan-makan di rumahnya bareng anak ROSE lainnya. Ya udah sekalian aja kami berempat di undang [Aku, Hafidz, Acil dan Dhana].
Hari H telah tiba…
Dua hari yang lalu aku semangat bangett mau belajar bareng teman-teman di rumah Catur. Tapi entah kenapa di hari H aku justru males kemana-mana. Mungkin karena yang dimaksud hari H itu hari minggu ya?
Pagi-pagi sekitar jam sepuluh aku baru bangun tidur HPku sudah terisi banyak banget sms. Dari Catur yang menyuruhku cepat dateng, dari Thifal dan Hafidz yang tanya apakah aku jadi dateng?, dan dari Chalida yang nyuruh jemput dia sama teman-teman lain di 4bhe [karena mereka gak tau rumah Catur], brr!! Belum sarapan, belum mandi pula masa suruh jemput mereka? Ku suruh aja Catur jemput mereka di 4bhe melalui sms. Rawr!
Sekitar pukul 12.30 aku sampe ke kostan Hafidz, setelah menunggu si Hafidz dandan [Gila lama bangett kaya cewek, mungkin karena mau ketemu Thifal ya? hehe] kami menuju ke rumah Catur menaiki motor pinjeman. Ngueeenggg!!!
Aku inget-inget sebentar. Dulu pernah sekali aku main ke rumah Catur tapi sekarang udah lupa. Hehe maklumlah manusia. Melewati stasiun TVRI dan aku mencari-cari ATM BNI [sebagai patokan kerumah Catur], setelah melewati ATM BNI aku mulai memelankan laju sepeda motorku. Hafidz udah tidak sabar di belakangku [kepanasan kayaknya].
“masih jauh gak Dit?”, katanya gak sabar. Tapi setiap ia bertanya aku gak meresponnya. Aku tetap aja mengemudi lurus dan pura-pura gak denger celotehnya si Hafidz. Hingga sampailah kami ke Ring Road [???].
Setelah sampai Ring Road aku baru merespon Hafidz: “Fidz, tau gak? Kayaknya rumahnya kelewatan deh. Hehe”
“brr!!”, lenguh Hafidz. Setelah aku sempat smsan sama Catur dan Hafidz smsan sama Thifal [ihhiyy], kami pun balik kearah selatan dan menemukan gapura yang dimaksud. Gapura itu memaparkan tulisan KUTUPATRAN. Dengan was-was kami memasuki tuh gapura, setelah masuk gang aku baru inget jalan ini. Dan dengan bersemangat kami akhirnya sampai ke rumah hajat. Hehe
Ternyata yang ditakut-takutin Hafidz benar. Bukan hanya Thifal dan Chalida aja yang hadir di situ, tapi ada banyak anak cewek lainnya; Endah, Arumy, Ani, Agustina, Ariani, dan Lita. Dan parahnya anak cowoknya cuman Catur dan kami berdua. Aw aw aw it is woman party. Wow!!! Kata Catur, Acil gak bisa datang.
Ya sudah gag apa-apa, kami berdua mau masuk tapi di dalem cewek semua, ya sudah sebagai cowok kami mengalah hanya di luar. Kami sempat disuguhi minuman sebelum akhirnya kami kabur ke masjid, ngakunya mau sholat dzuhur, tapi akhirnya kami bablas tancap gas pergi membawa fotocopyan kertas tugas biologinya Brisha dan malah pergi nongkrong di warnet (baca: Gemini Net).
Setelah puas dengan kegiatan kami berdua di dalam warnet (baca: rahasia), kami akhirnya memutuskan untuk pulang. Ealah didalam HP sudah terisi banyak banget sms dari Catur, Thifal dan Aha yang menyuruh kita untuk segera pulang kerumah Catur dengan membawa kertas fotocopyan yang harusnya digandain.
Jadilah kami pulang dari warnet dengan mampir dulu ke tempat fotocopyan, memfotocopy kertas biologi punya si Brisha dan akhirnya kerumah Catur. Hiah si Catur malah marah dan mengusir kami, ia menyuruh kami berdua mengantar bukunya Brisha kerumahnya (karena Brisha emang udah pulang).
Karena kami tidak tau rumah Brisha, kami memaksa Catur untuk mengasih tau, tapi sialnya Catur yang lagi marah hanya bilang; “rumahnya Brisha dari sini belok kiri, trus ambil kanan, abis itu belok kiri lagi, terus kanan, kiri, kanan lagi trus nyampe daah!”. Bzz…
Kami juga marah… rawr! Udah sore tau!
Dengan kecewa kami akhirnya memutuskan untuk mencari sendiri rumah si Brisha. Kutelpon tuh si Brisha, dengan gak sabar setelah telepon diterima langsung saja ku teriak-teriak; “Bris kamu dimana? Rumahmu sebelah mana? Kok sms ku gak dibales, ayo jawab! Udah sore nih!”.
Lalu orang diseberang dengan suara wanita menjawab : “maaf, Brishanya lagi mandi, ini dengan ibunya”.
Dueeenggg!!!
“oh, iya maaf bu, ini temennya Brisha, nganu, nanti tolong Brishanya suruh bales smsku ya, makasih”, langsung tak mati’in tuh telpon. Rawr!
Setelah si Hafidz mendapat balesan sms yang isinya petunjuk dari si Brisha tentang rumahnya, kami pun segera capcus menuju rumah hajat kedua, dari jalan magelang ke arah selatan, dikiri jalan ada minimarket, sebelah minimarket ada gang dengan nama Kutu Tegal. Kami ambil jalan itu, terus kami telusuri sesuai petunjuk yang di berikan Brisha. Ealah ternyata kami kesasar, petunjuk yang di sms oleh Brisha salah semua! Sial! Aku segera ambil tindakkan untuk menelpon Brisha. Setelah tawar-menawar akhirnya kami mendapatkan peta asli dan sampai di rumah si Brisha.
Alhamdulillah ceritanya selesai!

Beauty and The Beast

XI IPA1 Story…
Alkisah sebuah kerajaan bernama SMA N4 di Yogyakarta akan merayakan lustrumnya yang ke 50, dalam acara ini diselenggarakan berbagai macam acara, seperti lomba, dsb.
Pagi itu disebuah ruang di dalam istana, telah berlangsung sebuah perkumpulan anak pecinta Science yang diberi nama ROSE, anak-anak bangsawan ini sedang asyik menunaikan hobby mereka, yaitu belajar KIMIA bersama penasehat mereka, sebut saja Sir Kustoro.
Ketika bel waktu istirahat berkumandang, Sir Kustoro melantunkan sebuah sayembara, yaitu lomba Mbatik yang diadakan oleh Raja Suradi [SMAN4 Headmaster], setiap kelas wajib mengirim dua tentara untuk diwakilkan dalam lomba Mbatik tersebut.
Dan kelas dari kasta ROSE [yang merupakan kasta paling eksis di istana SMAN4], telah mengirim Beauty and The Beast [baca: Armina dan Aditya], sebagai tentara untuk lomba mbatik… aseeekk!! Aku bersama bidadari yang banyak di buru para pangeran.. wkwkwk
Tibalah di hari H, hari dimana lomba mbatik berlangsung, aku datang tidak tepat pada waktunya, lomba mbatik sudah dimulai, mulailah aku membuat sketh batik bersama sang bidadari di ruang SD, setelah selesai aku mulai memasak gula jawa dan menyanting sketh ku, tentunya bersama sang bidadari, setelah itu baru kumulai menjemur hasil karyaku [masih bersama bidadari], setelah kering mulai ku mewarnai batik karyaku dengan pewarna yang sudah disediakan, ada bidadari di sampingku, setelah mewarnai aku mulai menjemur kembali hasil karyaku ---dengan sang bidadari---
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, ketika ku mulai mengangkat jemuranku, tapi kali ini tanpa si Bidadari, kemana gerangan si dia? Ealah ternyata dia bersama pangeran lain, pangeran yang jauh lebih tinggi kastanya, dengan hati hancur ku berlari keluar meninggalkan hasil karyaku terbengkalai di altar, ku berlari dan mengambil kereta kencanaku, ku terbang ke langit ketujuh, berusaha meninggalkan bidadariku dan mencari bidadari yang lain…
~The End~

Next Ibox!

XI IPA1 Story…
Waktu itu pelajaran HL [baca: High Learning], seperti biasa mapel yang diampu dua guru ini [baca: Mrs. Siti dan Mrs. Nia], harus dibagi dua kelompok dalam sekali jam mata pelajaran. Kelompok pertama belajar dengan Mrs. Nia di Lab HL, dan kelompok dua [Aku, Catur, Hafidz, Aji, Armina, Sofi, Endah, Anindha, Judan, Dimas, Galih, dkk] belajar di kelas bersama Mrs. Siti.
Seperti biasa, pelajaran HL diisi dengan permainan yang segalanya menggunakan bahasa Inggris. Permainan kali ini adalah tebak-tebakan. Jadi seperti ini cara bermainnya; kami duduk di tempat kami masing-masing, lalu Mrs. Siti akan melempar sebuah Tipe-X kearah kami [tidak boleh melihat], kami yang terkena lemparan Tipe-X dari Mrs. Siti harus maju dan Mrs. Siti akan memberikan sebuah kertas yang berisi sebuah kata, siswa yang tadi disuruh maju akan mendeskripsikan kata dalam kertas itu dan menyuruh kita menebaknya, setelah tertebak, siswa tersebut harus berbalik badan [tidak boleh melihat teman-temannya] sementara teman-temannya saling melempar Tipe-X keteman yang lain [tugas si teman yang berdiri adalah berkata ‘next’ semaunya dan di akhiri dengan berkata ‘stop!’], jika si teman yang berdiri berkata ‘stop!’, maka dilihat Tipe-X berhenti dimana, maka disitulah giliran anak lain yang maju. Dan begitulah seterusnya.
Waktu itu Tipe-X yang dilempar Mrs. Siti mengenai kepalaku, jadilah aku maju kedepan dan mendeskripsikan sebuah kata, setelah tertebak, aku berbalik badan [sementara teman dibelakangku saling melempar Tipe-X] dan kuucapkan ‘next’ semauku; “Next! Next! Next! Stop!”.
Tipe-X ku berhenti di bangku Judan, jadilah dia yang maju, setelah dia mendeskripsikan kata bagiannya dan seseorang mengetahui jawabannya, dia mulai melakukan kegiatan seperti yang aku lakukan. Dan ternyata Tipe-X itu kembali berhenti di tempatku, kembali aku maju, seterusnya begitu, setelah ketiga kali aku maju, teman-teman lain mulai berkata; “Next Ibox! Pokoke Tipe-X kudu berhenti nang bangkune Ibox!”.
“ASEM!”

Angkat Tangan

XC Story…
Siang hari menjelang, seperti biasa, kelas XC yang notabennya kipas rusak plus atap tak ada genteng (sekarang sudah dijadikan kelas ekonomi), mulai panas membara bak neraka. Hahahaha.
Tidak dikanan, tidak dikiri, tidak didalam, tidak diluar, semua memegang apa saja yang bisa membuat mereka tidak kepanasan (baca: kipas).
Ketika sedang asyik-asyik bersantai menikmati semilir angin, bel pun berbunyi dan kami dengan keluhan yang sangat malas masuk kekelas XC. Waktu itu pelajaran Kimia Ibu Aska, kami belajar tentang neutron dengan malas, sebagian dari kami ada yang tertidur ada yang kipas-kipas tanpa mendengarkan celoteh Ibu Aska. Maklumlah waktu telah menunjukkan pukul 12.15, ya jelas gak masuk lah mapel kimianya. Bzz..
Aku yang pada waktu itu duduk pas dibawah kipas angin ---yang rusak [tapi masih bisa jalan]--- mulai emosi mendengar suara deru kipas angin yang sama sekali tidak mengeluarkan angin. Rawr!
Ibu Aska masih saja berceloteh tentang Neutron, Elektron atau apalah. Karena sudah gak sabar aku mencoba menggapai-gapai tanganku diudara, berusaha mencari angin yang dibuat si kipas angin, tapi tetap saja hasilnya nihil.
Setelah kuturunkan tanganku, tiba-tiba suasana menjadi aneh, seluruh siswa XC melihat kearahku, wah eksis mendadak nih, lalu Ibu Aska di tempat duduknya mengganti topik celotehannya;
“ya, Aditya, ada apa?,” katanya.
“ha?,” kataku bingung.
“pie e Box?,” kata Wiby.
“maksudnya?,” kataku tambah bingung.
“lha tadi kamu maksudnya apa angkat tangan?,” kata Dhea.
“oh, nganu…,” kataku bingung. “tadi lagi ngrasain kipas angin”.
“malah pie,” kata Rully.
Bingung? Aku juga! Jadi gini, tadi pas aku angkat tangan untuk mencari angin di kipas angin, ternyata waktu itu juga Ibu Aska sedang mempersilahkan para siswa untuk angkat tangan jika ingin bertanya, lha beliau salah sangka, belia mengira aku angkat tangan karena mau bertanya, padahal lain maksudku. Heheheh

Behind The Project [Kwaru Beach]


XI IPA1 Story...
“Temend temend R.O.S.E jadi touring k pantai siung ya. . Hari kamis kumpul jam 7 ontime di simak. . Ditunggu kedatangannya.” Beberapa teman ROSE (Reinforcement Of Science onE) mengirim sms seperti itu kepada teman-teman lain, tidak terkecuali aku. Berbeda dengan Evi dan Arum, si Bowo Berenda mengirimi sms seperti ini : “ATAS NAMA RPYP AGAN” SMUA JADINYA K PANTAI KWARU (BANTOEL). JAM 8 KUMPUL T4 SIMAK. NEK TELAT TINGGAL. (BOWO IKT). KAG. SEBARKAN.” ---njug ngopo?? Aku gak nyebarin tuh---
Hari H pun jatuh ! Tidak seperti yang diharapkan, jam 8 lebih banyak bangettt hanya ada beberapa butir bocah yang niat-niatnya mengerjakan perintah Berenda dengan berkumpul bersama kebo (Bowo maksudnya) di tempat Simak. Mereka adalah Si Bowo, Catur, Acil, Ariani, Thifal, Ani, Arumy dan Evi (Idjah). Dan setelah tanya-tanya ternyata emang bener segitu anak yang ikut. Sempat diberitahu juga kalo aku orang yang terakhir datang ---jadi maluu--- dan Judan sedang beli bensin ---di Magelang beli bensinnya, lama banget sih!--- sementara itu si Dimas sedang OTW dan kedua manusia dari toli-toli minta dijemput, juga si Anindya yang berada di Arab.
Setelah kedatangan Dimas dan sudah berbaik-baik dengan Simak ---dengan memborong nasinya--- kamipun memutuskan untuk segera berangkat. Dengan Arumy berada dalam dekapan Bowo sang pemimpin, kami pun menuju rumah Toli-toli dahulu ---kecuali Dimas, dia pergi kearah berlawanan, katanya sih nunggu di Tugu---.
Kami pun sampai di rumah sang pengembara (Hafidz dan Dhana aka Toli-toli), aku dan Catur menyerbu mereka dalam kamernya… ealah! Ternyata mereka belum siap-siap. Mereka masih bergumul sambil nopi (nonton tipi). Dengan rayuan gombal kami berdua si Hafidz mulai bergegas, tapi si Dhana tidak terpengaruh dengan rayuan kami. Maka diutuslah Evi (Idjah) dan Arumy ---dengan senang hati--- untuk merayu Dhana. Dhana pun mau… (ihiiy)
Singkat cerita, akhirnya tuh anak ---setelah ditunggu lamaaaa banggett sampe Bowo bilang gini : “adoh! Ganti baju kaya ganti kelamin aja!!”, dan Catur menjawab : “kan mau ketemu Thifal!”--- keluar juga.
Kami siap untuk berangkat ketika salah seorang dari kami nyeletuk gini : “eh, gimana sih Dimas tuh? Katanya dia sekarang di rumah Judan, lha si Judan katanya di rumah si Dimas!”.
“kecrett!!”.
Dengan ---gak tau ikhlas gak--- si Acil merelakan Arumy menghubungi Dimas dengan HPnya. Tapi si Dimas bilang gak jelas. Lalu kami pun menelpon Judan dengan HP yang sama. Catur mulai naik pitam. Tidak tanggung-tanggung ia membentak-bentak Judan diseberang telephone.
Jadi, ternyata Judan dan Dimas ngerjain kami. Mereka sebenarnya berada di tempat yang sama, tapi mereka mengaku berpisah. Akhirnya ujung dari perdebatan sengit antara Catur, Arumy dan Adjudan berujung dengan suatu keputusan yang sangat aneh. Adjudan dan Dimas mengundurkan diri untuk tidak ikut !!! APA !!! Dengan kalap Si Idjah alias Evi turun tangan.
Ia rampas HP Acil dari tangan Catur. Dengan muka garang ia menggentak-gentak Judan diseberang. Seluruh penghuni kebun binatang di absen si Idjah tanpa terlewatkan, termasuk si ASYU yang terkenal sekali di kalangan warga Jawa Tengah dan sekitarnya. Kami merasa aneh saat itu ---padahal udara panas banget, tapi kami serasa membeku--- hehehe.
Setelah si Idjah sang master turun tangan akhirnya si Judan dan Dimas pun menyerah. Mereka akhirnya menyetujui untuk ikut ke pantai Kwaru.
SEPAKAT ---materai 6000---
Selanjutnya kita menuju arab… menemui Anindya
Dalam perjalanan, si Bowo Firosi (Rosinya ROSE), melaju dengan sok-sokan. Akibatnya dia bersama Toli-toli ---yang percaya banget dengan si Kebo--- kesasar entah dimana. Rawr !! udah jam 11 nih ceritanya. Sekarang bukan hanya Catur, Arumy dan Idjah yang naik pitam. Kami pun naik pitamnya. Dengan ikhlas ---diukur dengan penggarisnya Pak Supri--- aku relakan pulsaku untuk menghubungi Kebo (Bowo), dia tidak menjawab. Akhirnya kuhubungi Sandal (Hafidz). Dengan banyak sekali cingcong yang berakibat pulsaku habis akhirnya si Sandal memberitahu keberadaannya. Mereka berada di Jl.M.T Haryono (SMA7). Dengan instruksi dari Anin akhirnya si Kebo sampai juga ditempat Anin bersama dengan dua anteknya. Berangkatlah kami ke Kwaru…
Setelah keteledorannya yang mengakibatkan kehabisan waktu+bensin=capek, akhirnya si Kebo menyerahkan pinpinannya kepada Thifal. Thifallah yang jadi petanya Dora sekarang ---aku peta! Aku peta!--- kamipun berangkat dengan damai.
Astaghfirullah Hal Adzim, kayaknya ada yang gak direstuin nih untuk pergi ke Kwaru. Sampai di Jl. Bantul Km. 4,5 kami dikejutkan oleh Polisi Razia. Kami para kendara sepeda motor disuruh mengambil jalan muter melewati pohon nasi ---sawah dap!--- sementara para kendara mobil terus mengikuti jalur biasa.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Dengan sok-sokan Bowo turun dari Vixynya, ia membuka tasnya dan mengeluarkan dompetnya yang kempis. Dengan senyumnya yang marmos ia memberikan STNK dan SIMnya kepadaku. Akulah yang menyerahkan tuh surat2 kepada pak polisi. Sementara itu disisi lain kami, Si Toli-toli kalap. Bagaimana tidak? Ketahuilah teman-teman bahwa mereka berdua tidak mempunyai Surat Izin Mengendara atau yang populer dengan nama SIM. Mereka berdua yang pada waktu itu mengendarai motor mio merahnya Dimas ---yang bunyinya membuat telinga sakit--- sementara itu Si Dimas tertinggal di belakang nun jauh beud, pun kalap. Hahahaha. Mampyuuss lu!! Kami pura-pura gak tau aja ---demi keselamatan bersama lho---
Arumy pun turun tangan. Eits tunggu dulu! Pahlawan kesiangan lu Rum! Ariani Anugrah Putri kalah cepat turun kemedan perang. Dengan sikap seperti Aisyah Binti Abu Bakar, istri sang Rasulullah, si Ariani mengintrogasi Dhana dan mengusir Hafidz: "kamu punya SIM gak?", Dhana menjawabnya dengan gelengan dugemnya. Kembali Ariani bertanya tentang STNKnya, si Dhana memberitahu kalau STNKnya berada di bawah jok. Belum sempat mereka mengambil tuh STNK, salah satu polisi menggiring mereka. Polisi dengan kumis singa laut menagih surat-surat tuh motor. Ariani dengan memperlihatkan bekhelnya sambil bersusah payah menyangga motor Dimas, menyerahkan SIM kepada sang master of jalanan. Ketika giliran ditagih STNK, dengan sigap dan keyakinan penuh, Ariani menjawab begini : "di jok Pak!", padahal pada saat bersamaan si Dhana memberikan STNKnya kepada sang polisi ---ternyata STNKnya berada dalam dompet Dimas yang juga berada dalam Dhana--- Rawr!! Kawuslah Ari... Hehehe
Sementara itu aku dan Bowo merayakan kebebasan kami dengan mengejek Hafidz yang berjalan sendirian tak terurus.. Wakakakak
Setelah lolos dari medan pertempuran bersama kumis-kumis lebat, dengan sok-sokan kembali Bowo mengarungi Jl. Bantul. Membalap Thifal dan Idjah, Catur dan Arumy, dan Acil dan Anin hingga kami pun kembali kesasar di jalan yang menuju Samas, harusnya kami melewati jalan menuju Paris. Ingin ku berteriak "BOWO SESAT BOWO SESAT!!!"...
Alhasil kami berdua ---bersama Ani dan Ari, yang juga tertinggal--- mendapat nikmatnya bau tae Kebo !!! ASYU!!
Sampai di Kwaru!! WUIHH GILA!! SIA-SIA ANE!! PANTAINYA ELEK!!!
begitulah kami... rawr!!

NB : HANYA BERBAGI CERITA SAJA, TANPA ADA UNSUR APA-APA
untuk foto-fotnya bisa minta sama Ari dkk









AA A a Arrgghh...!!

XI IPA1 Story...
Pagi itu aku pergi kesekolah dengan di jemput mobil seperti biasa, sebut saja Jog-Tem alias Jogja-Tempel... Aku menaiki dengan aman, tentram dan damai. Seperti biasa aku agak sedikit deg-degan kalo Jog-Tem yang aku naiki sudah mendekati daerah Wirobrajan. Kenapa? Karena disitulah daerah kekuasaan sang Bidadari yang sangatt cantik, yang bisa menyihir setiap lelaki, termasuk aku. Hehe (baca juga : Ku Ampuni Kau, Jogja-tempel).
Aku berusaha untuk biasa saja. Kebetulan waktu itu aku duduk dibangku nomor dua, pas dibelakang supir. Si Bidadari yang berinisial AA itu juga biasa naik Jog-Tem. Maka dari itu untuk berjaga-jaga, ketika Jog-Temku sudah melewati pasar Klithikan, kepalaku langsung bereaksi. Ku tengok kanan-kiri melalui jendela. Ngapain?? Mencari si AA lahh.
Dan benar saja, sekitar 10meter dari Klithikan, Jog-Temku berhenti. Aku menahan nafas. Kulirik kaca spion, mengawasi siapa yang naik ke Jog-Temku. Segerombolan wanita dengan anggun cekikikan kepada si kenek. Satu persatu dari mereka mulai memasuki Jog-Tem. Namun diantara mereka hanya satu yang menarik perhatianku. Ya! Si AA ada diantara mereka. Kebetulan bangku disebelahku kosong. Aku terus menerus berdo'a semoga AA duduk disampingku.
Daan... Plesek! Bangku disebelahku berbunyi yang menandakan seseorang telah mendudukinya. Perlahan kubuka mataku dan melirik cewek disebelahku.
Ha? Argghh!! Dia bukan AA. Anjlok deehh!! Dengan muka masam kulirik kaca spion mencari dimanakah gerangan si AA dan menemukannya berdiri dekat dengan pintu, dilindungi oleh sang kenek. Rawr!!
Jog-Tem pun berjalan dengan alakadarnya. Pandanganku tidak berhenti memandang kaca spion. Mengawasi Sang Dewi. Barangkali aja tuh kenek macem-macem.
Akhirnya sampailah kami di jalan Magelang dan turun di depan gapura SMA 4Bhe tercinta. Dari situ si AA baru menyadari kalau satu mobil sama aku,,, lagi!!
Gag papa lah gag bisa ngobrol di bis. Tapi seenggaknyakan bisa ngobrol dijalan. Tapi ketika aku mau mulai mengajak ngobrol tiba-tiba...
"AA!"... Ha? Erlin, si sahabat AA tercinta berlari menyusul kami. Dengan innocent ia menggapai AA dan membawanya pergi meninggalkanku sendiri di jalan.. Hiks Hiks.. Kali ini aku tidak mengampunimu Jog-Tem!!! Rawr!!

Cerita pendek banget

XI IPA1 Story...
Suatu hari Bowo bercerita kepada Ariani :
Bowo : Eh eh wingi motorku bar keudanan trus pas di enggo eh bokongku teles og pie [Eh eh kemaren motorku habis kehujanan terus pas di naikin eh pantatku malah basah]
Ariani : Lha salahmu! Ngpo ra numpak bis ae? [Lha salahmu! Kenapa gak naik bus aja?]
Bowo : Wii gah yo!! Ko kwe sneng kro aku! [Wii Gak mau!! Nanti kamu suka sama aku!]
Ariani : &*@%#)!%#!*_#^!&%#!*!%@!#!(*+_$^!(#!(+#&!#+!* {nyesel}



Suatu hari kami selesai mapel Matematika Pak Supri dan berlarian ke ruang Fisika Pak Sabdrun. Saking keburu-burunya dan geli liat lemper lari-lari [nghm idjah], ku tarik aja tuh krudung si lemper. daan jderr... kepala tuh lemper kebentur jendela.. wakakakakkakakakakkakak.. sori

Tragedi Amalia Di Tempat Parkir

XC Story…
Waktu itu hari sabtu siang, kejadiannya setelah selesai melakukan pertemuan pertama Ekskul Jurnalistik pada tahun pertama di SMA4. Aku memutuskan untuk pulang, begitu juga dengan anggota Jurnalistik lainnya, termasuk Amalia, Yenny dan Ekha.
Kami pun menuju ke tempat parkiran bersama-sama. Aku sengaja berlama-lama di tempat parkiran, karena aku memegang suatu slogan ‘Ladies First’. Maka Yenny pun keluar duluan dengan motornya. Tapi ketika giliran Amalia dan Ekha, mereka tidak juga muncul. Kemanakah mereka??
Kutengok sebentar dan ternyata mereka sedang berdiri gak jelas di tengah-tengah tempat parkir yang sudah kosong. Ekha sedang menunggu Amalia yang sedang mengotak-atik motornya dengan ekspresi khawatir.
“sedang ngapain sih?,” kataku.
“aduh motorku kehabisa bensin kayaknya nih,” kata Amalia.
“masa?,” kataku sok tau. “coba aku liat”. Ternyata tidak kehabisan bensin kok, cuman kayaknya tuh motor belum dipanasin makannya starternya gak bisa nyala.
“gimana nih,” kata Amalia mulai khawatir.
“gampang,” kataku seraya tersenyum. Lalu dengan sedikit gerogi aku mulai menyetarter tuh motor dengan kaki, eh ternyata perkiraanku benar, tuh motor akhirnya bisa nyala lagi daah. Hahahaha.
“makasih ya Dit,” kata Amalia.
“ya sama-sama,”.

Kisah kamar diujung koridor

XI IPA1 Story...
“Baliiii”, jeritan koyo ngono wis biasa coz saiki critane wis hari kedua nang Bali para pemirsa. Ckakakak. Seperti yang kalian ketahui malam pertama kita masih dalam perjalanan, jadi tidurnya masih pada di bis, tapi lain cerita dengan malam kedua, malam kedua kita sampailah di hotel bintang 7 (sakit kepala-2=5), hehe wagu yo.
Kita telah sampai di hotel bintang 5, bagi yang merasa cowok silahkan ngebo di hotel dewata dan bagi lawan jenisnya alias si putri monggo teng hotelnya Vidi Aldiano, nuansa indah (nuansa bening dab nek Vidi mah).
1 kamar=4 personel, tapi kamar 205 yang notabennya sebagai VIP room, cuma tiga orang gan, keren gag tuh? Heho. Kamar 205 ini letaknya di pojok paling wetan sendiri. Kamar yang menyendiri ini ternyata mempunya rahasia yang sangat menyeramkan (lebay).
Kamar ini memiliki kelebihan yang cukup banyak, selain kasur empuk dan atapnya masih bagus, kamar ini juga memiliki daya tarik tersendiri yang membuat anak-anak dari kamar lain tertarik untuk nginep di kamar ini. Entah apa itu daya tariknya?
Diatas sekilas kelebihannya, kalo ada kelebihan pasti ada kelemahannya dong, hehe. Kelemahan kamar ini ada pada jendelanya yang gak bisa dikunci dan AC-nya yang mati (panaaass euy!). Tapi walaupun gak ada AC, masih ada angin dari luar. Wakakak
Tapi kelemahan yang jelas-jelas membahayakan itu tidak membuat anak-anak lain berhenti berkunjung kekamar ini. Liat aja malam pertama: kamar yang di rawat rapih oleh Charles Angeles (baca: Yoga/Bowo, Adit/Ibox, dan Breggy) ini sudah banyak peminat yang duduk di atas kasurnya yang empuk. Sebut sahaja gerombolan kelas A dari XI IPA1 (baca: Judan, Ilham, Dimas dan Andre), tidak segan-segan mereka mengobrak-abrik kamar ini, bahkan mereka menjelek-jelekkan kamarnya sendiri.
Para kroyo kelas A ini bertempatkan di kamar 203, kamar yang pas ada di sebelah kamar 205 ini sama sekali tidak menunjukkan kebesaran para pemiliknya.
“kamarmu enak e wok, ra koyo kamarku,” celetuk Ilham seraya berbaring santai menikmati keempukkan kasur 205. “kamarku elek tenan yakin”.
Bisa terbayangkan, walaupun aku belum pernah memasuki kamar 203 tapi aku sudah bisa merasakan ketidaknyamanan kamar tersebut, katanya nih kamarnya berantakkan, kotor, atap kamarnya juga udah mau jebol, dsb lah. Hahahaha. Akhirnya tuh saking nyamannya Ilham sampe-sampe dia ketiduran di kamarku, jadilah malam itu kamar 205 ketambahan 1 personel.
Selain mereka berempat, banyak juga anak-anak yang berkunjung. Seperti dua anak IPS (baca: Rully dan Dito), yang berkunjung untuk membanding-bandingkan kamar mereka dengan kamar ini (ya jelas kalah lah kamar mereka, secara gitu!), ada juga Hafidz, Acil, dan ABK dari kamar 206, Dhana dari kamar 207, dan Rahmat alias Memet dari kamar entah berapa yang dengan sangat baik berkunjung membawa sekotak martabak telor (aseeek!!).
Entah apa maksud si kroyo dari kamar sebelah, setiap mereka berkunjung mesti mereka meninggalkan barang-barang mereka (baca: sendal jepit) di kamar ini, dan ketika mereka mencari dan menemukannya di kamar ini mereka pasti menyalahkan penghuni kamarnya, dasar!. Mungkin karena iri ya? Pernah juga tuh si Judan pas aku lagi mandi dengan sangat menyebalkan dia mematikan lampunya. Bodoh! Ya gak bisa liat laah!
Selain cerita di atas ada juga keperluan mereka yang membuat kami berpikir kalo kamar mereka memang benar-benar tidak layak di huni, mereka sholat di kamar 205, kami tidak habis pikir, apa sih yang membuat mereka tidak betah di kamar 203 dan lebih betah di kamar 205??
Malam pertama berjalan alakadarnya, hingga pagi menjelang dan kami pun segera melanjutkan tour ke tempat wisata lainnya di Bali, baru setelah menjelang sore kami kembali ke hotel dan kekamar masing-masing.
Kali ini kami mendapat kunjungan dari Catur, malam sebelumnya ia hanya melongok ke kamar 205 (mbuh opo maksude), tapi setelah melihat-lihat isi kamar 205 dan menikmati layar TV+kasur 205 yang empuk, ia pun jadi enggan untuk kembali kekamarnya di 206. Katanya kamar 207 benar-benar tidak nyaman, sepertinya tidak layak di sebut sebagai kamar hotel, kasurnya sama sekali tidak empuk dan njeblos-njeblos (pegasnya udah rusak), udah gitu WCnya gag bisa berhenti mengeluarkan air, haduh payah deh!
Setelah ia mengetahui kalau personel 205 hanya 3 orang, ia pun jadi tertarik untuk mendaftar menjadi personel ke-4 (baca: gantine Ilham), dengan rayuan gombalnya (dengan membawa segepok makanan dari kamarnya), akhirnya Bowo dan Breggy pun mengijinkannya untuk pindah kekamar 205. Jadilah kami ketambahan 1 personel lagi.
Selain Catur, rombongan kelas A masih terus berdatangan ke kamar ini, menggusur kasur, makanan dan TV. Selain itu mereka juga mengobarak-abrik oleh-oleh Bowo buat Ariani yang sudah terbungkus rapih sehingga membuat Bowo murka. Baru setelah lelah mereka kembali kekamarnya masing-masing. Ketika sedang sepi datanglah orang baru yang super rawr! (baca: Judith) dari kamar 207. Dengan celotehnya yang tidak ada titiknya akhirnya kamipun lelah dan mengusirnya dengan paksa. Wakakakak
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 WITA, Bowo dan Breggy sudah kembali, setelah tangannya mereka Tatoo di depan hotel. Kami mulai berbaring di tempat masing-masing. Bowo ternyata selain phobia laba-laba, ia juga phobia gelap dan hantu, huahhhhaaaaha.
Malam itu ia memaksa kamar untuk tetap terang, Catur suruh tidur dekat jendela supaya Bowo tidak melihat jendela yang kebuka, Breggy suruh jangan kemana-mana (tetep didekat Bowo maksudnya), dan dia juga menyuruh aku supaya berhenti bercerita seram… hahahaha
Jadi gini, setelah kami tiduran di tempat msing-masing, Catur nyeletuk:
“eh, kayaknya tadi ada suara orang lari deh di atas,” sambil menunjuk arah atap. Bowo dan Breggy mulai merinding.
“ah perasaanmu ae,” kataku berusaha mencairkan suasana.
“ora cerita sing serem-serem toh,” kata Bowo. Kami berdua tertawa sementara si Breggy membeku.
“eh iya, kemaren juga pintu kamerku ada yang ngetuk lho,” kata Catur.
“maksude?”.
“iyo, kan Hafidz, ABK, kro Acil wis do turu toh? Lha aku lagi nonton bola dewekkan, trus ono sing ngetuk pintu kamerku 3x,” katanya dramatisir. Bowo mulai memejamkan matanya dan berusaha tidak mendengar cerita Catur. “padahal kui wis jam 12 malem”.
“hahahaha, Leak Bali paling,” kataku. “percoyo karo setan”.
“ashmbuh!,” kata Bowo da Breggy, lalu kami pun segera tidur.
Pagi hari menjelang. Ini merupakan hari terakhir kami di kamar ini, sekaligus hari terakhir kami di Bali. Pagi-pagi buta pun, gerombolan kelas A terus berdatangan ke kamar kami, bahkan Judan mau numpang mandi. Bzz…
Di antara hiruk-pikuk kesibukan kami, dengan Judan masih memohon untuk ikut mandi (lebay) datang orang baru, sebut saja si Ridwan alias TJ, yang datang hanya untuk meminta sabun. Mbahmu! Miskin tenan toh? Hehe. Tapi tak apa.
Setelah semua beres kami siap untuk keluar dari kamar yang begitu membekas di hati kami ini, tapi si Bowo dengan mencurigakan terus-menerus memandangi bantalnya. Ada apakah gerangan? Kami bertanya-tanya dalam hati. Akhirnya ketauan juga, ternyata tadi malam harusnya dia menunggu tatoonya kering dulu baru tidur, tapi mungkin karena takut akan cerita horor dari kami, iapun tidur lebih awal, akibatnya tatoonya yang masih basah menempel di bantalnya dan meninggalkan noda berbentuk tribal. Wakakakak. Gak papa, itung-itung kenangan dari kami. Oke, selamat tinggal 205…